42. Little Garden

838 136 4
                                    

Met Baca

*
*
*
*

.
.
.
.

Brak!!

Bugh!

Seonggok mayat berlumuran darah terjatuh tepat ditengah ruangan dibawah satu-satunya lampu yang menyala terang dengan sisi yang ditutupi hingga benar-benar hanya bagian tengah yang tersinari lampu dan sisi lainya gelap gulita.

Drap! Drap! Drap!

Seseorang dari salah satu sudut kegelapan berjalan menuju titik temaram yang berada tak jauh dari sisi terang ruangan.

Dua mata sipit Lucy menangkap siluet lelaki berbahu lebar dan tinggi dari sudut gelap lainya. Mata sipit itu melebar sesaat sejak jatuhnya seonggok mayat itu ditengah ruangan.

Krak! Cest!

Bunyi suara benda kaku yang seperti sedang dipersiapkan untuk digunakan, membuat Lucy kian mengeratkan pelukannya pada kedua kaki yang terlipat dalam kondisi setengah berjongkok.

Kedua mata sipit Lucy kian membulat kala satu tangan tampak terulur dengan sebuah pistol dalam genggaman mengarah lurus, yang ntah kenapa rasanya arah itu tepat di tempat Lucy berada.

Dor! Dor!

"Hah?!"

Dengan keringat membasahi kepala bagian pelipis dan mengalir dileher, Lucy terbangun bersama deru nafas yang memburu seperti habis berlari dikejar anjing galak milik tetangga.

"Hah~~ mimpi buruk ternyata," Lucy mendesah lega seraya perlahan mendudukkan diri dan menyugar anak rambutnya yang berjatuhan, karena Lucy tidak mengikat rambutnya saat tidur.

Lucy memejamkan erat matanya dan mencoba mengatur nafasnya mencoba relaks agar hatinya kembali tenang. Pasalnya dari sore sampai tadi sebelum tidur, keadaan Lucy sedikit dipenuhi kerisauan dan mengalami perang batin.

Seperti orang pada umumnya yang merasa kekacauan tidur, hal yang terfikir adalah segelas air putih untuk melegakan tenggorokan yang rasanya sedikit tercekat. Lucy pun mengambil gelas kaca yang dia letakan diatas nakas.

"Kosong? Kapan aku meminumnya," tak disangka gelas itu kosong, padahal Lucy sudah mengisinya sebelum mengunci diri didalam kamar. Tapi Lucy teringat saat merasa sulit tidur dirinya terus menerus meminum air dalam gelas itu secara bertahap.

Lucy menoleh kearah jam digital yang bersisian diatas nakas. Disana tertera waktu tepat pukul 2 pagi, pantas saja rasanya tak ada cahaya terang yang menyusup melalu sela tirai jendela.

Menghilangkan rasa gerahnya Lucy memutuskan untuk mengikat rambutnya sebelum beranjak untuk mengambil air.

Yah, mau tak mau untuk melepaskan rasa dahaga seperti sehabis melewati gurun pasir, Lucy melawan sedikit rasa takutnya pada kegelapan untuk turun menuju dapur yang kemungkinan harus melewati lorong-lorong gelap yang beberapa lampunya dimatikan untuk menghemat penggunaan listrik.

Lucy bergidik ngeri sendiri saat berdiri didepan pintu kamarnya. Didepan sana lorong itu tampak temaram dan ditengahnya terdapat nyala lampu yang dinyalakan tepat ditengah tangga.

"Aku harus mengambil air! Tidak ada yang menakutkan dirumah ini, jadi ayo!!" Lucy menyemangati dirinya sendiri dan mulai melangkahkan kaki menuju dapur yang berada dilantai dasar rumah ini.

Lucy cukup santai saat melewati tangga, karena ditangga memiliki pencahayaan yang terang, mudah bagi Lucy untuk berjalan.

Langakah Lucy terhenti tak jauh dari pintu dapur. Pasalnya lampu dapur yang biasanya dimatikan saat malam, kini malah menyala dan terdengar suara beberapa alat makan yang beradu dengan air.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang