37. What About?

966 142 22
                                    

Met Baca

*
*
*
*

Disebuah ruangan besar, yang terlalu besar untuk dihuni seorang diri ini. Lucy terduduk disebuah sofa bersama tumpukan buku novel diatas meja.

Daniel tidak membawa Lucy untuk pulang, ntah itu kerumah atau ke apartemen atau bahkan menetap di sekolah. Dia malah membawa Lucy ke rumah kerja miliknya.

Sudah sekita hampir satu jam Daniel membawa Lucy kesini dan meninggalkannya sendiri bersama tumpukan novel di ruang kerjanya. Yang Lucy tau Daniel bilang jika dirinya akan mengurus sebuah masalah, Lucy sih iya iya saja karena tidak tau apa masalahnya.

Selama hampir satu jam itu pula Lucy yang sebenarnya tidak terlalu suka membaca buku berhasil menghabiskan dua buku dan kini sedang membaca buku ketiganya. Namun rasa bosan mulai menghampiri, membuat Lucy meletakkan dengan sembarangan buku yang dibacanya di atas meja begitu saja dan menidurkan setengah badannya disofa.

Lucy memandangi kotak P3K yang ada diantara buku-buku diatas meja. Sebelum pergi tadi Daniel berpesan agar Lucy lekas mengobati lukanya walau kecil agar cepat sembuh, tapi Lucy malas mengobati sendiri jadi dia hanya membiarkan kotak P3K itu ditempatnya.

Ceklek...

Daniel membuka pintu dengan pelan. Dapat dia lihat Lucy yang sedang asik menidurkan setengah badannya pada sofa.

Sudut bibirnya sedikit terangkat kala mengingat rencana yang dia rundingkan tadi bersama paman Kim. Bukankah seseorang yang berbuat salah harus mendapat ganjarannya? Ya, maka tunggu saja.

Daniel berjalan mendekat dengan langkah santai yang behkan membuat ketukan sepatu pada lantai tidak terdengar dan membuat Lucy masih belum menyadari kehadirannya.

Arah pandang Lucy tampak terpaku kepada satu objek. Daniel pun mengikuti arah pandang Lucy dan seketika membuat wajah Daniel menjadi masam.

Daniel berjalan agak cepat hingga bunyi langkahnya berhasil membuat Lucy langsung terbangun dari tidurannya dan memasang senyum cerah.

"Nielll!!" serunya ceria menyambut kedatangan Daniel, tapi tak lama senyuman itu luntur karena ekspresi Daniel yang seperti menahan marah.

"Kenapa masih utuh?" tanya Daniel seraya menggerakan matanya kearah kotak P3K yang memang masih utuh berada ditempat dimana dia letakkan.

Lucy memasang wajah cemberut seraya memajukan bibirnya. "Aku tidak bisa mengobati luka ku sendiri, lagian kau tidak menyediakan cermin agar aku bisa dengan benar mengobati luka ku," alibi Lucy.

Daniel mengernyitkan dahinya. Sejak perbincangan terakhir mereka dalam mobil, Lucy mulai menunjukan sisi lain dari dirinya. Sisi manja yang menggemaskan tapi juga menjengkelkan.

Selama perjalanan kesini saja Lucy tidak mau turun dari pangkuan Daniel dan bersikeras untuk terus memeluk Daniel sampai akhirnya ketiduran. Hal itu membuat kaki Daniel sedikit keram dan kesulitan untuk menginjak pedal gas dan rem.

Bahkan saat sampai disini Lucy tidak mau diturunkan, membuat Daniel mau tak mau harus menggendongnya lagi sampai mendudukkan Lucy pada sofa ini.

Daniel memejamkan mata dan membuang nafasnya perlahan. Daniel lekas berjalan lebih dekat, mengambil kotak P3K itu dan mendudukan diri disebelah Lucy. Tangannya terulur meraih wajah Lucy dan menimang-nimangnya.

Kulitnya sudah tidak memerah lagi, tapi bekas goresan yang sepertinya goresan kuku yang tajam itu ternyata tak sekecil yang dia lihat. Robekan kecil dibibir juga tampak sedikit membengkak.

Daniel mengeluarkan kapas yang sudah berbentuk bulatan-bulatan kecil dan melumurinya dengan alkohol, kemudian langsung dia gunakan untuk membersihkan luka Lucy.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang