39. Just Hwang Lucy

1K 161 15
                                    

Met Baca

*
*
*
*

Daniel terus menggandeng tangan Lucy tanpa menghiraukan pandangan-pandangan dari para siswa-siswi yang masih berada disepanjang lorong dan disetiap persimpangan.

Lucy sebenarnya merasa risih karena tidak terbiasa menjadi pusat perhatian. Lucy pun menggerakan tanganya untuk melepaskan genggaman Daniel.

"Jangan lepaskan jika aku belum melepaskan," perintah Daniel tanpa menoleh kebelakang dan semakin mengeratkan genggaman tanganya.

Hal itu sontak saja membuat Lucy menundukkan kepalanya, membiarkan rambut yang tergerai bebas menutupi sebagian dari wajahnya. Lebih tepat pipinya yang ntah mengapa sudah memanas, bisa dipastikan warna kemerahan alami sudah menghiasi pipinya.

Daniel terus menatap kedepan dan melangkahkan kakinya mantap tanpa keraguan disepanjang lorong. Sedangkan Lucy terus berjalan membuntuti Daniel seraya menundukkan kepalanya.

Dugh!!!

Karena terus menundukkan kepalnya, Lucy sampai tidak sadar dengan Daniel yang sudah menghentikan langkahnya dan berujung menabrak pundak lebar tersebut.

"Aduh!" rintih Lucy karena dahinya yang menabrak tepat pada bagian ujung tulang pundak. Mendengar rintihan Lucy, Daniel langsung membalikan tubuhnya dan mencengkram pelan dagu Lucy agar kepalanya terangkat keatas.

Salah satu sisi dahi Lucy tampak sedikit memerah. Ah, gadis ini pasti terlalu pucat sehingga mudah sekali untuk memerah. Tapi, tadi Daniel merasa sedikit sakit juga sih dibagian pundaknya saat kepala sekeras batu itu menabraknya, haha.

Daniel menggelengkan kepala dengan wajah datarnya. "Seorang  Ratu tidak pernah menundukkan kepalanya kepada orang-orang dengan pangkat rendah. Jangan pernah mendudukan kepala kepada mereka yang lebih rendah dari mu! Dengar?" Lucy mengangguk kecil merespon bahwa dia mendengar setiap perkataan Daniel.

Jam pertama akan dimulai dalam lima menit lagi, the first hour will start in five minutes.

Daniel melepaskan cengkramanya. "Masuklah," setelah berucap demikian, Daniel langsung pergi meninggalkan Lucy sendiri didepan pintu.

Lucy menatap kepergian Daniel bersama dengan para siswi yang berada dikelas yang sama dengan Lucy yang menonton dari balik jendela -bahkan ada yang sampai mengeluarkan kepalanya dari sela jendela- sampai Daniel menghilang berbelok menaiki tangga.

Lucy bergerak untuk berbalik dan memasuki kelas, bersamaan dengan itu semua siswi dengan keingin tahuan yang melebihi batas itu juga bergerak menuju tempat mereka masing-masing.

Lucy melangkah ragu kala matanya bersitatap dengan bola mata Soobin dan Lia yang menyiratkan banyak pertanyaan juga rasa khawatir.

"Lucy, apa kamu baik-baik saja? Kenapa tidak berangkat selama dua hari? Apa kamu sakit?" Lia langsung memberondong Lucy dengan beberapa pertanyaan yang membuat Lucy meringis.

"Lia, satu persatu tanyanya," nasehat Soobin yang kemudian menatap Lucy. "Kau tak apa?"

Lucy tersenyum, kemudian mengangguk keras. "Aku tidak--"

"Lucy, kamu terluka," Lia memegang pipi Lucy yang kemarin terkena goresan.

"Aaa, itu, ini bukan apa apa," Lucy menggenggam tangan Lia agar tidak menyentuh pipinya seraya tersenyum dan menatap dalam mata Lia untuk meyakinkan gadis itu agar percaya dirinya tidak kenapa-napa.

"Benarkah kamu tidak ken--"

"Good Morning Class!!"

Sayang sekali keberuntungan masih berpihak pada Lucy. Guru B. Inggris yang mengajar dipelajaran hari ini datang tepat pada waktu yang sesuai untuk menyelamatkan Lucy.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang