40. Shit! He is Psycho?

1.2K 153 26
                                    

Met Baca

*
*
*
*

Seseorang pernah berkata 'Jika hidup berjalan sesuai dengan keinginan mu, maka itu hanyalah sekedar mimpi'.

Hidup ini tidak selalu berjalan dengan sesuatu yang telah direncanakan. Halangan dan rintangan selalu saja menghambat bagai batu kerikil menjagal jalan. Hingga terkadang kegagalan menjadi akhir dari sebuah perjuangan.

Tapi bukan berarti semua usaha berakhir gagal, hanya saja Tuhan mungkin sedang menguji seberapa pantaskah kalian mendapatkan hadiah yang begitu berlimpah darinya.

Kembali lagi Daniel membawa Lucy menuju rumah kerjanya dengan berdalih jika pulang kerumah akan lebih jauh lagi dan lagi pun dirinya masih ada pekerjaan.

Tapi nyatanya sekarang lelaki itu sedang terduduk menyandarkan dirinya pada sandaran sofa dengan Lucy yang berada dalam dekapannya.

"Kenapa?.. hiks kenapa beban datang kepadaku dengan bertubi-tubi?" tanya Lucy disela isakkanya, Daniel hanya terdiam mendengarkan seraya mengusap surai Lucy untuk sedikit memberi ketenangan. "Kenapa akhir-akhir ini.. hiks.. beban dalam pikiran ku bertambah semakin berat? Hiks.. kenapa?" Lucy kembali bertanya seraya meremat kuat kemeja bagian pinggang yang Daniel kenakan dan menuntut jawaban.

Jangan bertanya seberapa berat beban yang ditanggung untuk seorang gadis belia yang masih duduk di bangku kelas XI. Tapi ini tentang seberapa besar rasa kecewa yang membuat beban pikiran memilih antara masih adakah rasa sayang untuk memaafkan ataukah benci yang menggantikan.

Daniel menghela nafas perlahan. "Tubuh mu sedang lemah dan pikiran mu sedang kacau. Kau merasa ketakutan yang tak semestinya kau rasakan, tidak perlu terlalu difikirkan. Semua itu akan berlalu bersama waktu yang menyembuhkan,"

Agaknya ucapan Daniel kali ini bisa membuat Lucy sedikit lebih tenang. Walau tubuhnya masih bergetar karena segukan yang sesekali masih terdengar.

"Tidurlah, istirahatkan tubuh dan tenangkan pikiran mu. Tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini.... Aku akan menjaga mu," lirih Daniel berjanji pada dirinya sendiri pada kalimat terakhir setelah perintah mutlak.

Ntah Lucy mendengarnya atau tidak, yang pasti gadis itu lebih mengeratkan pelukannya dan menduselkan kepalanya lebih pada dada Daniel. Menghirup wangi kuat yang menenangkan disatu waktu.

Tak perlu waktu lama untuk Lucy jatuh terlelap dalam buaian mimpinya. Hanya dalam waktu 5 menit, deru nafas teratur juga dekapan yang sedikit melonggar dapat Daniel rasakan.

Ya, gadis itu mungkin kelelahan setelah menangis selama dua jam lamany. Untung saja Tuhan menciptakan air mata yang berlimpah walau entah datangnya dari mana dan selama dua jam itu masih mengalir deras, jika bukan Tuhan yang menciptakan mungkin selama dua jam sudah tandas tak tersisa lah air mata.

Daniel terdiam menatap kosong kearah depan dengan tangan yang asik memainkan rambut dibahu Lucy.

Ceklek...

Pintu masuk ruangan terbuka secara perlahan, menampilkan sosok Paman Kim yang tampak membawa sebuah berita besar untuk Daniel.

Paman Kim membungkukkan badan memberi hormat kepada Daniel. "Tuan, kami sudah menangkapnya dan sudah kami pastikan dia memang terlibat dengan orang itu,"

Permainan tangan Daniel yang memilin-milin rambut Lucy terhenti. Rahangnya mengeras membuat peraduan antara gigi menciptakan bunyi gemeletuk lirih.

Daniel menoleh kearah paman Kim dengan raut datarnya seperti biasa. "Bawa dia ke ke ruangan itu," perintahnya dengan suara lirih penuh tekanan dan memberikan sedikit aura dingin.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang