09

98.1K 9.4K 176
                                    

ak gnti user nme sm cover, krn dh buluk:> yh oks, skip g pnting...

---
Hyy💗

Stay safe and hppy reading💖

°°°

Pagi pun tiba, Audrey sudah siap mengenakan baju sekolahnya. Ia tinggal turun kebawah untuk sarapan, tapi rasanya sangat malas untuk makan pagi. Jika, bukan karna Pak Arsen, ia tidak sudi bangun pagi seperti ini.

"Huft." Audrey menghela nafas,pelan. Ia segera turun keluar rumah untuk menunggu Arsen diteras.

Melewati Ayah, Bunda, Aska,yang sedang sarapan, yang juga kini tengah menatapnya. Satria tidak ada, mungkin dia berangkat terlebih dahulu sebelum Audrey.

Sebut saja ia tak sopan, tapi jujur ia masih sedikit sakit hati. Tak apalah dia tak sarapan, toh nanti juga jajan dikantin. Pikir Audrey.

Audrey duduk dibangku teras, memainkan hp nya, men-scroll akun sosial medianya.

"Loh, neng ga sarapan?" tanya Bik Surti yang sedang memegang sapu.

Audrey menatap Bik Surti "Ga bi, mau beli aja," balas Audrey

"Eleuhh, sakedap atuh nya antosan neng." Bik Surti berlari kecil masuk kedalam rumah.

Selang beberapa menit, Bik Surti kembali dengan membawa kotak makan.

Audrey menatap Bik Surti. "Nasi goreng?" tanya Audrey dan mengambil kotak makan itu.

Bik Surti mengangguk. "Iya, kesukaan eneng."

Audrey mengangguk, memasukan kotak makan tersebut kedalam tas nya. Audrey sedikit terenyuh, Bik Surti sudah seperti ibu kedua baginya.

"Makasih banyak ya bi" kata Audrey. "Ayah nanyain ga?"

Bik Surti menggeleng,membuat Audrey kembali merasakan nyeri dihatinya.

"O-oh yaudah, sok dilanjut beres-beresnya bi. Semangat!" ucap Audrey menyemangati Bik Surti, membuat mereka berdua terkekeh. Bik Surti kembali menyapu.

Tin..Tin

Terdengar suara klakson mobil, Audrey segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Arsen yang tengah membuka kaca mobil, menatap dirinya.

"Ayo berangkat, takut kesiangan," titah Arsen.

Audrey segera memutari mobil dan masuk. Lalu, ia duduk dibangku belakang, tidak didepan disamping Arsen.

"Pak! ayo jalan. Katanya takut kesiangan," suruh Audrey kepada Arsen.

"Saya bukan sopir kamu," tegaa Arsen, penuh penekanan.

Audrey mengerenyit kan dahinya, bingung. "Lah trus? Apa hubungannya?" tanya Audrey.

"Duduk didepan," balas Arsen.

Audrey mengangguk. Ia lebih memilih mengalah, dari pada harus berdebat dipagi hari dengan Arsen. Apalagi Arsen yang tidak suka dibantah, ck kerasa kepala.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang