33

67.9K 7.2K 1K
                                    

Haii pembaca baru, semoga betah yaw, kawal SenDrey smpe pny anak<3💕

ada yg nungguin up?:>

Sebelum baca, usahakan vote dulu. Jangan lupa komen, ramein!

Share cerita ini ke sosial media yang kalian punya.

Happy Reading
-
-
-
_________________

**************

"ABRAHAH! LO KAN YANG NIAT MO ANCURIN KA'BAH?!"

"NGARAN AING MAH ABRAHAM, LAIN ABRAHAH!"

Audrey, Kia, dan Ara sedari tadi tertawa terpingkal-pingkal mendengar Asep yang terus mengejek Abraham. Ide dari mana Asep, sampai memplesetkan nama Abraham menjadi Abrahah.

"Ah udahlah, aing mah mau ke kantin," final Abraham, lalu bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Duh, seneng banget bikin anak orang emosi," ucap Asep, sembari tertawa renyah.

"Kalo Abraham ngadu ke bapaknya gimana Sep?" tanya Tisna.

"Gue aduin balik," jawab Asep.

Berbeda dengan Fauzan, lelaki itupun tertawa namun atensinya terkunci pada satu titik. Yaitu, Audrey. Gadis itu tertawa, membuat dirinya terpesona.

Audrey menghentikan tawanya, karna sebuah notifikasi. Ternyata dari Arsen, segera ia membalasnya.

Pak Arsen galak😛

Plng nya sm Satria
klo mau beli baju pangsi, sm temen km atau sm satria.

Bpk mau kmn emg?

Nanti pas jam plg ada rapat

Okiss
mana?

apanya?

uangnya mana?

nanti pas plg keruangan sya

oke
Read

Audrey pun menyimpan kembali HPnya, disaat yang bersamaan Fauzan mendekat kearah dirinya.

Audrey mendongak, menatap Fauzan. "Kenapa Zan?"

"Pulang bareng yuk?" ajak Fauzan.

"Sorry Zan, gue pulang sama Abang gue," balas Audrey.

Seketika bahu Fauzan melemah. Selalu saja ada halangan.

Audrey tersenyum, tak enak hati. "Baru aja gue di chat Abang gue, sorry."

"Gabisa nolak gitu Drey?" tanya Fauzan, berusaha agar bisa berduaan dengan Audrey.

"Abang gue kalo soal cowok, agak gitu. Lo tau lah, gue cewek satu-satunya. Bisa dibilang, possesife," jawab Audrey. Ia rela berbohong, demi menjaga kedamaian dengan Arsen. Tapi memang benar si, Satria jika menyangkut cowok agak gimana gitu. Tapi kalo soal possesife, kayanya engga deh.

Ia dulu tidak pernah dekat dengan siapapun, paling hanya teman.

Fauzan menghembuskan nafas. "Its oke. Kapan-kapan aja." Setelah mengucapkan itu, Fauzan pergi keluar kelas.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang