61

51.4K 7.4K 4.3K
                                    

hai pren

Aku tantang, chapter sekarang 3,5K komen😜

Vote+komen💸

hppy reading
-
-
-
_________________

"Sayang, liat. Aku beli apa buat kamu."

Arsen masuk kedalam kamar dengan 2 kantong keresek dikedua tangannya. Audrey yang sedang membaca buku pun lantas menoleh.

Pria itu duduk disamping Audrey. "Aku beli seblak, telor gulung, ayam geprek, mie ayam, bakso." Arsen meletakkan kantong keresek tadi diatas meja.

"Banyak banget. Aku ga mungkin makan semuanya," kata Audrey.

Arsen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia membeli itu semua hanya semata-mata untuk menghibur Audrey agar tidak sedih, biasanya cewek akan senang jika dibelikan makanan banyak.

"Kalo ga kemakan mubadzir," ucap Audrey.

"Buat Satria aja kalo ga kemakan sama kamu," sahut Arsen santai.

Audrey tak menjawab, ia meraih seblak. Setelah melihat seblaknya tidak pedas, lalu ia menatap malas pada Arsen. "Kok ga pedes si?"

"Sengaja." Arsen tersenyum puas. "Nanti kamu sakit perut."

Audrey meletakkan kembali seblak diatas meja, lalu ia meraih ayam geprek. "Pedesnya level berapa ini?" tanya Audrey.

"1," jawab Arsen seraya mengelus pucuk kepala Audrey.

"Yah, ga pedes atuh itu mah." Audrey mendengus seraya kembali meletakkan ayam geprek diatas meja.

"Sayang," panggil Arsen. "Kalo banyak makan pedes gabaik buat lambung kamu."

"Ish, tapikan ..." Audrey kesal, ia menatap sinis pada Arsen. Kemudian, gadis itu bangkit dan beranjak pergi keluar kamar sedangkan Arsen, pria itu cengo.

"Aaaa sayang ninggalin aku ..."

"Bang Arsen, kenapa?" Aska tiba-tiba nongol sembari membawa robot Ultraman.

Aska berjalan mendekati Arsen, lalu menatap binar pada meja yang terisi makanan tadi.

"Wah, ada telur gulung." Aska bergegas duduk lalu mengambil telur gulung.

"Eh-eh, itu buat Kak Audrey!" cegah Arsen.

Aska menoleh. "Telur gulungnya masih banyak, kebagian kok buat ka Aud. Gausah lebay deh."

Arsen mendelik. "Lebay-lebay," ledek Arsen.

"Ada bakso juga," kata Aska sembari memakan telur gulung. "Ayah juga suka bakso. Tapi sayang, didalem kubur ga ada yang jualan bakso."

Arsen menelan salivanya kala mendengar itu. Aska masih kecil untuk ditinggalkan Ayahnya. Tapi apalah daya Arsen, ini semua sudah takdir.

Arsen mengelus rambut Aska membuat sang empu menoleh. "Kenapa Bang?" tanya Aska.

Arsen menggeleng sebagai jawaban, lalu matanya beralih pada Audrey yang membawa dua bungkus, ntah apa itu Arsen tidak tahu.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang