"MARI PULANG, MARI LAH PULANG. MARILAH PULANG KE RAHMATULLAH!"
Seisi kelas tergelak tawa karna nyanyian Tisna yang melenceng tadi.
"MIT AMIT! LO DULUAN AJA SONO!" sentak Lyodra membuat Tisna tertawa kencang.
"Tau dari mana lo?" tanya Fauzan.
"Dari sosmed dong!" jawab Tisna disela tertawanya.
"Pantesan," celetuk Asep.
"Untung Bu Hikmah udah keluar kelas anjir!" seru Kia.
"Emang kenapa lo?" tanya Tisna menatap Kia.
"Untung ga ada yang ngingetin tugas yang kemaren, untung aja," jawab Kia mengelus dadanya.
"Kelas kita kan anti cepu," sahut Audrey sembari memasukan buku-bukunya kedalam tas.
"Bersoda lo pada,gaboleh gitu," ucap Tisna so dramatis.
Fauzan menggeplak mulut Tisna. "Kalo ngomong yang bener ege."
Tisna mengelus bibirnya. "Apa salah dan dosaku sayang?" ucap Tisna membuat Fauzan menatap jijik.
"Najis lo!"
"Cepetan woy, malah drama," titah Hanin menatap malas Fauzan dan Tisna.
"Iya beb!"
Seisi kelas berhamburan keluar, hari ini pulang agak sedikit cepat. Karna, guru-guru sedang mengadakan perkenalan kepada guru baru.
Audrey berdiri menatap lapangan yang lebar nan luas, mendongakkan kepalanya menatap langit. Lalu, gadis itu menghela nafas, pasrah. Seolah-olah masalah berat terjadi.
Hanin menepuk bahu Audrey "Kenapa lo?" tanya Hanin berdiri disamping Audrey.
Audrey menggeleng "Gapapa. Eh, Kia sama Ara mana?" tanya Audrey, mengalihkan pembicaraan.
"Kekantin dulu, nganter Ara beli choki-choki" jawab Hanin,dan Audrey mengangguk.
"Duduk dulu yu Nin, pegel nih," pinta Audrey, dan Hanin mengangguk mengikuti langkah Audrey untuk duduk dikursi yang disediakan di sisi lapangan.
"Mendung ya, kek hati," canda Audrey menatap lapangan pandangan kosong.
Hanin menjawab. "Yakan emang cuacanya lagi mendung," jawaban Hanin membuat Audrey terkekeh sejenak.
Lalu gadis itu kembali berucap "Gue cape banget," keluhnya.
"Istirahat," sahut Hanin.
"Capek batin, pura-pura baik-baik aja tuh susah. Ah, bangke," umpat Audrey.
Hanin menoleh,melihat ada kepasrahan dan kesedihan dalam diri Audrey. Sebenarnya ada apa dengan dia? padahal tadi baik-baik aja.
Audrey kembali berucap "Gue harus apa Nin? Biar ngejalanin semuanya dengan ikhlas, nerima takdir. Allah lagi nyiapin apa ya buat gue? sampe proses nya gini banget? Dunia jahat banget, kalo gue mati, mungkin mereka bahagia," jelas Audrey mulai serius. Ucapan trakhir membuat Hanin kaget.
Hanin belum paham, kenapa dengan Audrey? Jika ditanyakan, bukan saatnya. Sahabatnya itu butuh pendengar, butuh sandaran. Saatnya ia memberikan motivasi agar sahabat tercintanya itu tidak lagi sedih.
"Huft," Hanin menghela nafas.
"Gue gatau masalah apa yang lo hadapin, beban apa yang lo tanggung, luka apa yang tergoreskan dihati lo. Tapi, gue cuma mau bilang. Allah ngasih ujian, cobaan, karna Allah tau kita kuat. Buktinya lo sampe titik ini, dimana lo pura-pura bahagia? Berhasilkan? Gada yang tau bahwa lo terluka," jelas Hanin, membuat Audrey terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]
Romance[Follow sebelum membaca] Sudah terbit. Novel MMTMH bisa kamu temukan di toko buku online (cek part OPEN PRE ORDER) disana ada list TBO-TBO. "I like math, and I love you." -Arsen "Hati gue udah di embat guru matematika, anjir." -Audrey Mungkin di m...