36

68.8K 7.1K 1K
                                    

Sebelum baca, usahakan vote dulu.
Ramein chap ini, sama komen kalian.

Jangan lupa share cerita ini, ke sosial media yang kalian punya.

Happy reading
-
-
-
_____________

*****************

"Gue suka sama lo, dari kelas 10. Lo mau ga, jadi pacar gue?"

Audrey terdiam, berusaha mencerna kata yang dilontarkan oleh Fauzan. Sedangkan Fauzan, dia juga sama ikut terdiam setelah berucap demikian.

Dia sudah memendam perasaan pada Audrey dari kelas 10. Meskipun beda kelas, dia juga sering memperhatikan Audrey walau dari jauh.

"M-maksud lo?" tanya Audrey.

"Iya, gue suka sama lo dari kelas 10. Gue tau, mungkin bagi lo ini kecepatan. Tapi, kita bisa jalanin ini semua. Gue janji, bakal bikin lo bahagia," tutur Fauzan dengan yakin.

Audrey menghembuskan nafas pelan, ia berpikir. Tidak mungkin menerima Fauzan, dengan notabene dirinya yang sudah menjadi seorang istri. Pun, jika belum menjadi seorang istri. Apakah dia bisa menerima Fauzan? Memaksakan perasaanya?

Jujur, ia bahkan tidak memiliki perasaan apapun kepada Fauzan. Hanya, seorang teman biasa.

Melihat keterdiaman Audrey, Fauzan kembali berucap,"kalo lo gamau jawab sekarang gapapa. Gue tunggu, jawabannya sampai kapanpun. Tapi, asal lo tau. Lo cinta pertama gue."

"C-cinta pertama?" beo Audrey diangguki Fauzan. Serta senyuman tulus yang menghiasi, wajah cowok itu.

Cinta pertama? Sungguh, pikiran Audrey sekarang sedang berkecamuk. Bukan karna apa tapi, bagaimana cara menolak Fauzan? Ia memikirkan perasaan Fauzan, jika ia tolak pasti akan menyakiti hatinya. Apalagi, dirinya adalah cinta pertama Fauzan. Bukannya cinta pertama sulit dilupakan?

Nasib jadi orang ga enakan.

"Sorry, gue ke kelas dulu." Setelah mengucapkan itu, Audrey berdiri lalu pergi menuju kelas. Menyisakan Fauzan, yang diam tercenung.

Apakah Audrey akan menerimanya atau justru menolaknya?

**************

Audrey masuk kedalam kelas, lalu duduk.

"Dari mana lo? Lama amet," tanya Kia dari belakang.

Audrey tak menjawab, justru dia mengalihkan pandangannya pada Hanin.

Hanin mengangkat satu alisnya. "Kenapa?"

"Nanti kita kerumah pohon yu?" ajak Audrey.

"Matamu! Pulang-pulang magrib." Bukan Hanin yang menjawab, melainkan Kia.

Audrey cengengesan. "Yaudah atuh, kapan?"

Hanin yang merasa gelagat Audrey agak aneh. Segera bertanya,"kenapa lo? Lagi, ada masalah?"

Audrey menghembuskan nafas pelan. "Iya, maka dari itu gue pengen kerumah pohon. Tapi, ga mungkin juga. Kita pulang diantara jam 4 atau setengah lima."

Ia ingin kerumah pohon berniat untuk memberitahu dan meminta cara bagaimana cara menolak Fauzan, tanpa menyakiti perasaannya, sekaligus curhat. Jika, memberi tahu pada Arsen? Ntahlah, rasanya tidak yakin. Ditambah, Arsen keliatannya sangat tidak menyukai Fauzan.

"Malem ini aja kerumah lo gimana?" usul Kia. "Sekaligus kita nge bakso umi Icih, beuh. Rindu bakso Umi Icih gue."

Ara mengangguk setuju. "Ayo-ayo! Ara ikut!"

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang