19

82.8K 8.2K 263
                                    

Ntah perasaan apa yang muncul, ketika diriku berada didekat mu.

———
        Audrey terbangun, mendapati Arsen yang sedang berada dipelukannya. Dirinya susah payah melepaskan tangan kekar Arsen, yang berada di pinggangnya. Namun nihil, malah pelukannya semakin erat.

"Pak, lepasin," bisik Audrey.

"Hmm." Hanya dibalas deheman oleh Audrey.

"Bapak ih!"

Arsen semakin mengeratkan pelukannya. "Biarin, gini aja dulu."

Audrey menghela nafas. "O-oke."

"Hari ini saya gamau sekolah, dulu," ucap Audrey dibalas anggukan kecil oleh Arsen.

"Bapak kesekolah?" tanyanya.

Arsen menggeleng, dengan mata yang masih tertutup.

"Loh kenapa?"

"Bawel ah kamu," balas Arsen dan melepaskan pelukan. Audrey memutar bola matanya malas.

"Biarin!" Saat Audrey akan beranjak bangun, tangannya ditarik dan menubruk dada bidang Arsen.

"P-pak?"

"Ada yang ketinggalan," bisik Arsen pada telinga Audrey, seketika tubuh Audrey meremang.

"A-apa?"

"Morning kiss."

"H-hah?, Kiss morning kali. Kalo Morning kiss artinya pagi ciuman, kalo kiss morning ciuman pagi. Bapak gimana si?!" protes Audrey, dan melepaskan diri, lalu menatap tajam Arsen. Yang ditatap malah mengangkat satu alisnya, aneh.

"Kamu pas pelajaran bahasa Inggris sering bolos ya? Keliatan si," timpal Arsen.

"Emang gitu tau. Bapak kali, pas kuliah diluar negri malah bolos," celetuk Audrey.

"Gini nih. Pas pembagian otak, kamu makan diwarteg dulu ya? Pantesan lemot," sungut Arsen dibalas tatapan tajam oleh Audrey.

"Ish bapak! Kan emang gitu!"

"Coba kamu Google, kalo saya kalah. Kamu boleh minta apa aja. Begitupun sebaliknya," usul Arsen dibalas anggukan oleh Audrey.

"Ok, siapa takut."

Audrey mengambil HP nya yang terletak dinakas, lalu membuka Google.

Ok Google, arti dari Morning Kiss.

"Ciuman pagi hari."

Arsen menahan tawanya. "Tuhkan, Kiss nya dibelakang tapi pas diartiin didepan. Ngeyel si."

Audrey mencebikkan bibirnya kesal, lalu mematikan HPnya dan menyimpannya kembali dinakas. Ia kalah telak dengan Arsen. Ah, jika saja ia selalu memperhatikan guru didepan, mungkin tidak akan berakhir malu seperti ini.

Audrey menatap tajam Arsen. "Apa?!"

Arsen menggeleng. "Berhubung kamu kalah, turuti satu permintaan saya."

Nyali Audrey seketika menciut. "Jangan aneh-aneh ya Pak! Jangan ngadi-ngadi!"

Arsen menyeringai, mendekat pada Audrey lalu membisikan, "Saya kan suami kamu, bebas dong mau apa-apa in kami," bisiknya dengan suara serak.

"Apa-apain saya?" beo Audrey, gugup.

Hembusan nafas Arsen menyentuh kulit mulus leher,milik Audrey.

"P-pak," panggil Audrey.

"Hmm." Arsen menyimpan kepalanya pada ceruk leher Audrey.

"P-pak ih."

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang