58

57.8K 7.6K 3.4K
                                    

hai pren

Udah seminggu ga update, sorry ya

jangan lupa, vote+komen

share cerita ini ke sosial media yang kalian punya 🍒

hppy reading
-
-
-
______________

"Matematika peminatan." Audrey mendengus lalu mencuci mukanya. "Siapa yang minat, anjir?"

Ia menatap kaca yang terpampang dihadapannya. "Gabisa gue, gabisa. Matematika terlalu susah buat otak gue yang dibawah rata-rata."

Tadi, saat pelajaran matematika peminatan. Audrey izin untuk ke kamar mandi, bukan karna apa. Ia pusing.

Audrey melangkahkan kakinya untuk keluar, ia berjalan dikoridor dengan tergesa-gesa. Takut, jika berlama-lama ia akan dimarahi.

Sesampainya dikelas, ia kembali melanjutkan pelajaran matematika peminatan.

***********

Pelajaran pertama telah selesai, Audrey dengan ketiga sahabatnya kini duduk di tribun menyaksikan anak cowok yang sedang bertanding bola. Ditemani dengan cemilan-cemilan, dan minuman dingin.

"Kita bisa ga sih, paham matematika?" tanya Kia sambil menatap kearah depan.

Audrey menjawab. "Bisa, pasti bisa. Bisa stress!"

Kia tertawa sambil menganggukkan kepalanya. "Gue kok liat angka matematika, pusing ya."

"Matematika gampang tau," celetuk Hanin.

Audrey menepuk bahu Hanin beberapa kali. "Iya gampang. Kalo kita bisa," kata Audrey. "Lah gue? Udah diajarin beberapa kali, tetep gabisa."

"Coba lo dirumah, sama Pak Arsen belajar matematika sedikit-sedikit dulu. Nanti kedepannya juga bisa," tutur Hanin.

"Iya," sahut Audrey. "Gue juga sering belajar matematika sama Pak Arsen, ya cuma gatau kenapa. Ga nempel diotak anjir."

"Otak lo gamuat kali," balas Kia diangguki Audrey.

"Iya, penampungannya udah penuh. Udah keduluan diisi cowok-cowok ganteng di wattpad," kelakarnya.

"Ara juga mau baca wattpad ah," celetuk Ara tiba-tiba.

"Gaboleh," larang Hanin. "Otak lo terlalu suci."

"Emang kenapa? Kok gaboleh si? Ara juga pengen tau liat cowok-cowok ganteng yang sering diomongin Aud," jelas Ara.

"Iya Ra, bener kata Hanin. Otak lo terlalu suci, sedangkan otak gue udah kotor." Audrey berucap diiringi tawa.

"Kok kotor? Aud kasih apa sampe otaknya kotor?" tanya Ara heran.

"Gue tau! Sini gue bisikin." Bukan Audrey yang menjawab, melainkan Kia.

Ara menurut, ia mendekatkan dirinya pada Kia. Kia lalu berbisik tepat ditelinga Ara. "Audrey kasih 1821."

"Hah?! 1821? Apa itu?" tanya Ara dengan suara yang agak tinggi.

Audrey melotot mendengarnya, pasti Kia berbicara yang tidak-tidak. Gadis itu mencubit lengan Kia. "Kia! Ish!"

Kia terbahak seraya mengelus lengannya. "Alah lo. Lo pernah baca yang 1821 kan?"

"Baru sekarang-sekarang si, hehe." Audrey menjawab kelewat jujur, sehingga membuat Kia tertawa dan Hanin menggelengkan kepalanya.

"Trus, pas dulu-dulu?" tanya Kia.

"Em, dulu si ga pernah baca yang ada dewasanya. Palingan cuma genre romantis, itupun ga ada yang 1821," jawab Audrey.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang