31

67.8K 7.5K 558
                                    

Sebelum baca,vote dulu oke

Jangan lupa komen, ramein!

Share cerita ini, ke sosial media yang kalian punya!!

⚠️PART INI DIPENUHI OLEH SENDREY⚠️

Happy reading-!
-
-
-
_____________________

**********

"Drey, ayolah..."

"Masa kamu tega si, sama saya?"

"Diem deh pak."

Sejak tadi, kuping Audrey dipenuhi oleh permintaan Arsen yang menginginkan dirinya untuk tidak sekolah. Dengan alasan, dia tidak mau ditinggal sendiri. Manjanya kambuh.

"Masa guru ngelarang, muridnya sekolah si?" gerutu Audrey, sembari memasukkan buku kedalam tas.

"Ya gapapa dong," sahutnya dibelakang Audrey.

Audrey menghela nafas, lalu membalikkan badannya. "Pak, dengerin ya. Kalo saya ga, sekolah. Nanti ketinggalan, materi."

"Tinggal tanya aja, sama temen kamu."

Audrey terdiam, apa yang dikatakan Arsen benar juga.

"Trus nanti, kalo saya ga sekolah? Diem aja gitu, rebahan?"

Arsen menggeleng. "Engga."

"Trus?"

"Peluk saya, manjain saya."

Ucapan Arsen, seketika membuat dirinya membelalakkan matanya. What? Ia tidak salah dengar kan?

"Pak? Ini bapak kan?" Audrey menangkup kedua pipi Arsen.

Arsen mengangguk. Ya trus, jika bukan dirinya, siapa lagi? Ada-ada saja istri kecilnya itu.

"Setan apa yang merasukimu?" tanya Audrey menatap Arsen, dengan polos.

Arsen terkekeh,lalu memegang satu tangan Audrey yang berada di pipinya. "Ya? Jangan sekolah ya? Satu hari aja."

Audrey menghembuskan nafas, sebenarnya ia tidak tega dengan Arsen. Apalagi kondisi Arsen yang sedang sakit, bahkan saat malam pun Arsen sempat panas. Beruntungnya, panasnya sudah menurun.

Gadis itu mundur selangkah. Ia berbalik, dan mengambil HPnya yang terletak di tas. Setelah itu, ia berjalan menuju arah pintu sembari memainkan HP.

"Chattan sama Fauzan ya?" tanyanya, penuh selidik.

Audrey mengangkat bahunya, acuh tak acuh. Kebiasaan, Arsen suka menuduh. Padahal, dia sedang chattan dengan sahabatnya. Dengan tujuan, memberitahu bahwa dirinya tidak akan sekolah.

Audrey pun membuka knop pintu, lalu turun kebawah menuju dapur. Mendekati Bi Inah yang sedang beres-beres.

"Bi," panggil Audrey.

Bi Inah membalikkan badan. "Eh, kenapa neng? Ga sekolah Neng? Ini udah hampir jam 7 loh."

Audrey menggeleng. "Engga bi. Bibi kalo udah beres, bisa pulang," katanya dengan senyum manis.

Bi Inah mengangguk. "Iya Neng."

"Istirahat yang cukup ya Bi, jaga kesehatan," ujarnya.

"Iya neng, siap!"

Audrey terkekeh kecil, lalu berbalik dan melangkahkan kakinya menuju atas.

**************

Setelah berganti baju, Audrey duduk di samping ranjang. Sedangkan Arsen, selonjoran dengan toples berisi kripik dipelukan nya.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang