18

82.3K 8.5K 721
                                    

Tidak semua HAHA, mendefinisikan kebahagiaan.

—klo ada yg typo, tndain ya

🌼

Hari sudah malam, Audrey sedang diperjalanan menuju pulang. Sahabat-sahabat nya sudah pulang terlebih dahulu, saat sore. Ia takut, orang tua mereka khawatir, dan juga dirinya tidak sendiri,ada Bunda.

Satria ternyata tidak ke kampus, melainkan ke Kota Cianjur, ntah urusan apa,disana.

Jika Satria di Cianjur, Audrey pulang bersama siapa? Mang Parman?

Jawabannya tidak! Mang Parman pulang mengantar Aska dan menemani Aska. Bik Surti juga menemani Aska.

Kenapa tidak ingin ikut, kerumah Audrey yang sekarang?

"Aska mau ikut, pulang kerumahnya Ka Aud?" tawar Audrey.

"Ngga ah, mau sama Mang Parman aja. Mang Parman kan bisa diajak main bola," ucap Aska.

"Loh, Ka Arsen juga bisa main bola," sahut Audrey.

Aska menggeleng. Keras kepala memang.

Ah, mengingat kelakuan lucu Aska membuat ia sedikit terhibur.

"Kenapa lo senyam-senyum?" tanyanya memperhatikan di kaca spion.

"Gapapa Zan," jawab Audrey.

Fauzan? Iya, orang itu yang telah mengantar Audrey pulang. Karna, tadi Fauzan kerumah sakit untuk menjenguk ponakannya, yang terkena DBD.

Saat Audrey akan pulang, naik taksi. Fauzan juga ada disana, lalu cowok itu mengajak untuk pulang bareng.

Mengenai Ayahnya. Ternyata, mengidap penyakit Kanker Jantung stadium akhir. Bisa-bisa nya ia sebagai seorang anak tidak tau, dan juga orang rumah sangat hebat menutupi semuanya dihadapan Audrey.

Satria juga mengetahui penyakit yang diderita Ayahnya, tapi kenapa tidak memberitahu dirinya?

"Bunda, sengaja ga ngasi tau kamu. Biar kamu ga kepikiran, nanti kalo kepikiran kamu bakal sakit. Kalo kamu sakit, waktu belajar kamu mengurang. Nanti gak lulus, katanya mau banggain Bunda sama Ayah?"

Itu jawaban Bunda saat ia menanyainya. Iya, memang dia gampang kepikiran sehingga nafsu makan turun dan jadi sakit.

"Ayah gamau anak ayah khawatir, anak Ayah sakit."

Ah jika dipikir-pikir alasannya kurang masuk akal? Ia rela sakit, asal tau ayahnya mengidap penyakit apa. Itu yang ada dipikiran Audrey sekarang.

Ck, rasanya pusing memikirkan itu semua. Rasa sakit, khawatir, sedih menjadi satu. Saat mengetahui itu semua, dirinya menangis keras. Masa bodo, dengan pasien lain yang terganggu.

Dunianya seakan runtuh, mengetahui itu semua.

Lihatlah dirinya sekarang, mata sembab, rambut acak-acakan. Dan, bau keringat.

"Drey?" panggil Fauzan.

Audrey tersadar, "eh apa?"

Fauzan menggeleng, "Ini,belok kiri apa belok kanan?"

"Belok kanan."

Fauzan mengangguk, dan kembali melajukan motornya.

"Umur Bapak Radit sudah tidak lama lagi, karna ini kanker stadium akhir."

Saat ia keluar dari wc dirumah sakit tadi, ia mendengar ucapan itu.

Audrey termenung, jika umur Radit tidak lama lagi. Bagaimana dengan nasibnya?

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang