37

67.2K 7.2K 2K
                                    

Sebelum baca, usahakan vote dulu.
Ramein chap ini, sama komen kalian.

Share cerita ini, ke sosial media yang kalian punya.

Happy reading
-
-
-
_________________________

***************

"Drey, cepet ih kancingin baju, aku."

"Tinggal kancingin aja, tangannya kan udah ga sakit lagi."

Arsen mendengus. "Yaudah, kalo ga dikancingin sama kamu. Aku, ga bakal ngajar."

Audrey yang tengah, memasukkan buku-bukunya kedalam tas, mengedikkan bahunya tak peduli. "Yaudah, ga rugi juga kalo kamu ga ngajar."

Seketika raut wajah Arsen, berubah menjadi datar. "Yaudah, kamu ga bakal bisa matematika lagi."

Audrey berbalik, menatap Arsen dengan baju yang tak dikancingkan. "Masih banyak guru lain."

"Kamu diajarin sama guru lain, ga bakal bisa. Harus, sama aku. Aku kan paling jago matematika," jawabnya menyombongkan diri.

Audrey menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Arsen. "Ga boleh sombong, nanti ga bakal bisa matematika lagi loh."

"Tinggal kuliah lagi, uang aku kan banyak."

Audrey tersenyum paksa, percuma berdebat dengan Arsen. Tangannya, terulur untuk mengancingkan baju Arsen. Setelah selesai mengancingkan, ia membenarkan kerah bajunya. Lalu, merapikan helaian rambut Arsen.

"Udah kan."

Arsen mengangguk, lalu tersenyum puas. Setelah itu, dia mencium pipi Audrey.

"Makasih istri, jadi makin sayang."

•🗿🗿🗿•

Kini, Audrey dan Arsen diperjalanan menuju sekolah. Satu tangan Arsen yang bebas, menggenggam erat satu tangan Audrey.

"Sayang, nanti jangan deket-deket Fauzan ya. Awas, aja," peringat Arsen.

"Aku sama Fauzan, bakal nempel kaya lem." Audrey memanas-manasi, Arsen ini berubah menjadi bawel. Padahal, jika tidak disuruh pun dia akan menjauhi Fauzan.

"Gausah sekolah," ketus Arsen.

"Yaudah, nanti kalo ditanya Ayah sama Bunda. Kenapa, ga sekolah. Bilang aja dilarang sama kamu. Auto di pecat jadi menantu," balas Audrey, tak kalah ketus.

"Ish, kamu mah gitu ah."

Audrey terkekeh pelan. "Iya, ga bakal kok."

Seketika, senyum hangat menghiasi wajah Arsen. Ah, istrinya ini sangat penurut.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di sekolah. Arsen pun memarkirkan mobilnya, lalu turun diikuti Audrey.

Mereka berjalan beriringan dikoridor, tak sedikit yang menyapanya.

"Pak Arsen, Abang-able banget ya."

Itu yang terdengar ditelinga Audrey. "Orang gue istrinya," gerutu Audrey pelan.

"Aku duluan ya," pamit Arsen diangguki Audrey. Arsen pun berjalan lurus, menuju ruangannya.

Sedangkan Audrey ia berbelok, saat memasuki kelas. Tatapannya tertuju Fauzan yang duduk manis, sembari menatap dirinya dengan senyuman yang tulus.

Audrey tak ambil pusing, ia segera duduk dibangkunya.

Audrey membalikkan tubuhnya, lalu bertanya,"Hanin mana woy?"

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang