56

55.1K 7.8K 3.1K
                                    

hai pren

happy 3M readers 💜😍

2K komen, bisa ga nih?🤔😂

vote+komen

share cerita ini ke sosial media yang kalian punyaaa

hppy reading
-
-
-
_______________

"Babay Arsen, Satria mo pulang." Satria memeluk erat Arsen, menggoyangkan tubuh Arsen ke kanan dan ke kiri.

Sedangkan Arsen, dia hanya diam. Tidak membalas pelukan Satria.

"Nanti kita ketemu lagi," kata Satria lalu melepas pelukan. Cowok itu, mengusap sudut matanya seolah-olah tengah menangis.

"Abang lebay," celetuk Audrey.

Satria mendengus. "Untung Adek."

"Sono pulang. Jangan balik lagi," usir Arsen.

Satria membekap mulutnya, seolah-olah ia menahan tangisan. Sangat dramatis.

"Kari balik," kata Audrey menggunakan bahasa Sunda, yang artinya (tinggal pulang)

"He'eh, ieu oge aing erek balik," balas Satria. (Iya! Ini juga gue mau pulang)

"Balik jig!" usir Arsen. (Pulang sono!)

Satria memukul bahu Arsen. "Setan lo, Sen!"

"Setan ko teriak setan," ceplos Arsen.

Satria mencebikkan bibirnya, lalu menyambar tas miliknya. Setelah itu ia mengambil kunci motor.

"Nanti maen ye, kerumah gue," ucap Satria. "Gue suguhin, kongguan isi rengginang."

"Wah, kue kongguan nya pasti lo umpetin kan?" tuduh Audrey.

"Iya lah. Irit-irit," sahutnya. "Gue pulang dulu," pamit Satria. Lalu, Audrey menyalimi abangnya.

Setelah itu, Satria menatap jahil pada Arsen. Yang ditatap menampilkan wajah permusuhan nya.

Dengan cepat, Satria mengecup pipi Arsen. Kemudian, cowok itu lari terbirit-birit keluar rumah dan menyalakan motornya.

Arsen terdiam, berusaha mencerna apa yang terjadi. Sedangkan Audrey, ia sudah tertawa terpingkal-pingkal.

Arsen meraba pipinya. "SATRIA! SINI LO!" Arsen berteriak.

Arsen dengan cepat meraih tisu, lalu ia mengelap pipinya dengan kasar.

"Cie, di cium Abang," ledek Audrey yang masih tertawa.

Arsen menatap Audrey dengan bibir yang ia manyun kan. "Ish! Kok kamu ketawa sih?!"

"Biarin dong," sahutnya enteng.

"Yaudah, aku ngambek sama kamu!" Arsen memalingkan wajahnya, setelah itu ia berdiri dan berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.

"Lah, ngambek kok bilang-bilang." Audrey terkikik geli melihat tingkah laku Arsen. Menurutnya, Arsen itu seperti anak kecil. Kadang menggemaskan, kadang juga menyebalkan.

Handphone Audrey berdering, dengan cepat ia mengangkatnya. Ternyata, panggilan tersebut dari ibu mertuanya.

"Hallo Drey?"

"Iya Ma? Ada apa?" Jawab Audrey.

"Kamu hari ini lagi sibuk, ngga?"

"Engga Ma," sahut Audrey.

My Math Teacher, My Husband [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang