Penyesalan

388 46 59
                                    

Selamat membaca...

-

-

-

Abimana kini berada di depan kamar Januar. Tadi saat Abimana baru saja pulang dari kantor, ia melihat sudut wajah Kun yang berdarah. Abimana langsung merasa tidak ada yang beres. Setelah membersihkan tubuh nya, Abimana segera menghampiri Januar.

"Bang, Mas Abi masuk ya"

"Hmm"

Abimana masuk ke dalam kamar Januar. Januar terlihat sedang duduk di lantai dan menyenderkan tubuh nya ke ujung ranjang. Wajah nya sangat kacau, bahkan ada sepuntung rokok serta asbak di samping nya. Sungguh, semua anak-anak Arya dan Gayatri tidak ada yang merokok. Dan sekarang Januar?

Abimana segera membuang asbak ke dalam tempat sampah yang ada di kamar Januar, lalu mematikan AC dan juga membuka jendela kamar Januar.

"Januar! Masalah apa yang kamu hadapi sampe lari ke rokok gini?!" Sentak Abimana.

Januar hanya diam menunduk. Ia sedang menangis.

Abimana menghela nafas nya. Ia duduk di samping Januar, lalu mengusap pundak adik keempat nya.

"Ceritain semua nya sama Mas Abi. Percaya kan sama Mas Abi?"

Januar mengangguk.

Abimana menatap Januar iba. Lantas tubuh lemas itu di tarik oleh Abimana dan di peluk. Menepuk-nepuk punggung Januar.

"Gak papa nangis aja. Laki-laki juga berhak buat nangis ko. Bukan cengeng, tapi ngeluarin rasa sesak dalam hati" Ujar Abimana menepuk-nepuk punggung Januar.

Membiarkan sang adik menangis di pelukan nya. Abimana selalu bertekad 'Abimana anak pertama dari 7 bersaudara, ia harus kuat untuk melindungi adik-adik nya. Selalu ada untuk adik-adik nya bagaimana pun atau senakal apapun adik-adik nya. Abimana tidak berhak marah, ia hanya berhak meluruskan keadaan'

Sudah sepuluh menit Januar menangis. Ia menarik tubuh nya menjauh. Mengusap kedua mata nya yang memerah dan bengkak. Abimana tersenyum. Abimana juga sempat menangis, karena tidak tahan dengan suara tangisan Januar yang menahan suara tangis agar tidak ada yang mendengar nya.

"Udah puas?"

Januar mengangguk.

"Mau cerita sama Mas?"

Januar mengangguk lagi.

"Cuci muka dulu sana. Mas Abi tunggu disini"

Januar pun beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Ia membasuh wajah nya. Merasa terkejut karena melihat pantulan wajah nya di cermin.

"Jelek banget gue" Lirih nya.

Setelah selesai, Januar menghampiri Abimana yang duduk di ranjang nya. Januar menyimpan guling di atas kaki nya yang bersila lalu menghadap Abimana.

"Mas, kayak nya Januar kena karma deh" Ucap nya dengan suara yang serak khas orang yang baru saja menangis.

"Kena karma gimana?"

"Mas Abi waktu tau Januar masih punya hubungan sama Naina, kenapa Mas gak marah?" Tanya Januar.

Abimana terdiam sejenak.

"Mas jatuh cinta cuman sekali itu pun cuman sama Mba Renata. Jadi Mas coba buat tempatin kamu ada di posisi Mas. Gak mudah buat ngelepasin orang yang kita cinta. Meskipun Mas tau kalau kamu sama Naina tuh salah. Tapi ya itu kembali lagi ke diri kamu, kamu yang ngejalanin nya" Ucap Abimana berbicara sebagai orang tua pada anak nya.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang