Hari Jadian

343 51 35
                                    

Selamat membaca...

-

-

-

"Ayah" Panggil Nakula masuk ke dalam kamar kedua orang tua nya. Bunda yang sedang membenahi skincare di atas meja rias pun menoleh pada pintu.

"Kenapa sayang? Cari Ayah?" Tanya Bunda.

Nakula mengangguk "Iya Bunda. Nakula sama Sadewa mau bicarin masalah jurusan kuliah"

Sang Bunda mengangguk "Yaudah tunggu di ruangan Ayah ya. Ayah nya masih mandi, nanti Bunda suruh kesana"

Nakula mengangguk, lantas pemuda itu keluar dari dalam kamar kedua orang tua nya.

Melewati kamar Abimana yang sedikit terbuka. Nakula melihat sedikit dari celah pintu jika Renata sedang mengajak ngobrol calon bayi nya dengan foto Abimana di depan nya.

"Nanti kalau adek udah besar, Buna bakalan kenalin ke Adek sosok Ayah yang luar biasa hebat. Meskipun nanti nya Adek tumbuh tanpa ngerasain sosok seorang Ayah. Tapi Buna bakalan selalu ingatkan adek tentang Ayah" Ucap Renata mengelus perut nya.

Nakula yang mendengarkan nya merasakan sesak di dada nya. Bunda nya sudah lebih lumayan menerima kematian kedua Mas nya. Seperti nya Renata juga perlahan mengikhlaskan kepergian sang suami dan akan hidup dengan baik demi anak nya.

Nakula menggelengkan kepala nya tersadar dari lamunan dan melangkah ke kamar Sadewa untuk memberitahu nya agar menunggu di ruang kerja sang Ayah.

••••

Si kembar sudah menunggu sepuluh menit di ruangan sang Ayah.

"Kok Ayah lama ya?" Tanya Sadewa.

"Lagi ganti baju mu-"

Belum sempat Nakula menyelesaikan ucapan nya. Sang Ayah sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan nya dan duduk di sofa single samping si kembar.

"Kenapa Adek sama Abang?"

"Kita mau kasih tau Ayah masalah universitas sama jurusan yang mau kita ambil, Yah" Ucap Sadewa.

"Yaudah sok, dari Abang dulu. Mau masuk univ sama fakultas apa?"

Nakula mengatur nafas nya lebih dulu dan mencondongkan tubuh nya ke samping sang Ayah.

"Untuk Universitas sih, Nakula gak mau jauh-jauh, Ayah. Universitas yang pernah Mas sama Abang kuliah juga gak papa. Kalau buat fakultas nya, Nakula pengen masuk ke fakultas hukum, Ayah" Ucap Nakula.

Sang Ayah menyeritkan dahi nya.

"Tumben? Motivasi dari mana pengen masuk Hukum? Gak ikutin jejak Mas sama Abang?"

Nakula menggelengkan kepala nya "Prospek kerja jurusan hukum tuh banyak, Ayah. Salah satu nya Nakula pengen jadi Pengacara, konsultan hukum atau jaksa"

"Abang, jadi pengacara tuh gak mudah loh. Nanti Abang di sumpah atas nama Al-Qur'an buat ga berbuat curang sama klien ataupun rival klien. Tapi rata-rata semua pengacara ngambil kesempatan buat ngebela klien nya walaupun klien nya salah" Jelas sang Ayah.

"Iya Ayah Nakula tau, kan itu cuman salah satu nya. Kalau engga ya jadi staf pemerintah atau diplomat juga bisa"

Sang Ayah menghela nafas nya "Skill dalam berkomunikasi di dunia hukum juga di pentingkan, Nak. Gak main-main orang-orang hukum tuh loh"

"Mangkanya Ayah. Hampir semua membutuhkan ahli hukum. Mulai dari instansi resmi hingga masyarakat biasa juga membutuhkan nya. Segala aspek kehidupan tuh berhubungan dengan hukum. Apalagi nih, Perusahaan keluarga kita tuh kan besar, Ayah. Masa dari banyak nya anak Ayah, gak ada yang tau apa-apa tentang hukum. Kan kalau terjadi sesuatu Nakula bisa selangkah lebih maju buat ngelindungin Perusahaan" Jelas Nakula menggebu-gebu.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang