Nur Alina Maheswara

602 62 26
                                    

"Kamu adalah matahari yang menerangi mendungku selama ini" - Nakula.

*-*
.

.

.

Nakula keluar dari dalam kelas bersama Hendry sahabat nya. Nakula merangkul pundak Hendy dengan berjalan santai menuju kantin sambil tersenyum tanpa alasan.

"Lo cengengesan kayak gini gue jadi merinding" Ucap Hendry menatap Nakula yang sedari tadi tersenyum saat jam pelajaran hingga sekarang.

Nakula hanya menoleh tanpa menjawab. Kemudian mata nya berbinar saat melihat Sadewa sedang duduk bersama Naira di bangku kantin hanya berdua. Karena jiwa jail nya sudah mendarah daging. Nakula segera menyeret Hendry untuk menghampiri kembaran nya.

"Hallo kembaran gue yang ganteng nya masih kalah jauh sama gue"

Sadewa memutar bola mata nya malas. Sedangkan Naira sudah ketawa haha hihi karena ulah Nakula. Naira tuh suka banget kalau Sadewa sama Nakula udah ribut-ribut kecil saling lempar candaan gini. Jadi ga terlalu garing kalau dia berada diantara saudara kembar ini.

"Dari sekian banyak bangku kantin yang kosong. Kenapa lo harus duduk disini?" Tanya Sadewa dingin.

"Dihh anak bunda sok cool banget" Kekeh nya membuat Naira lagi-lagi tertawa dan Sadewa menatap tajam.

"Sorry-sorry, pundungan banget lo"

Nakula kini beralih menatap Naira.

"Nay, Alina dimana? Gue gak liat dia dari pagi"

Nakula mengedarkan pandangan nya mencari sosok wanita yang di kagumi nya.

"Alina lagi nganter anak Rohis buat lomba"

Nakula menganggut-manggutkan kepala nya.

"Nay gue mau nanya dong. Lo kan sahabat nya Alina nih, lo tau ga apa yang Alina suka?"

"Alina gak suka sama cowo begajulan kayak lo!" Ucap Sadewa dengan sarkas nya.

"Gue nanya cewe lo. Bukan lo!"

"Dihh apaan? Gue bukan cewe nya Sadewa kali" Tukas Naira tajam.

Sadewa menatap Naira cengo, sedangkan Nakula dan Hendry sudah tertawa terbahak-bahak.

"Kekasih tak di anggap. Mampus!!"

"Nay lo kok gitu sihh?" Ucap Sadewa sedih.

"Emang kapan lo pernah nembak gue?" Skakmat oleh Naira.

Sadewa diam seribu bahasa.

"Tuh udah ada jalan Wa, tembak sekarang aja" Ucap Hendry yang kini sedang melahap mie ayam.

"Mau gue ajarin cara nembak cewe gak?" Tanya Nakula yang masih tertawa.

"Lo bisa gak berhenti ketawa! Atau gue sembur lo pake cabe nih"

Sadewa sudah mengangkat mangkok yang berisi cabe yang sudah di tumbuk. Nakula langsung terkekeh lalu mengambil mangkok itu dan menyimpan nya.

"Gebetan lo kayak nya lagi pms, nay"

Naira hanya tertawa saja dan melanjutkan makan bakso nya.

"Nay jawab dong. Alina suka nya apa?"

"Biarin Naira makan dulu kenapa sih? Ganggu banget lo! Kalau mau tau tanya sama Alina nya sendiri lah" Sentak Sadewa.

Nakula mendelik sebal pada Sadewa yang sedari tadi menatap nya kesal. Tapi itu membuat Nakula puas karena sudah berhasil membuat Sadewa kesal bukan main. Lihat saja, sedari tadi kembaran nya itu ketas ketus terhadap Nakula.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang