Perpisahan

351 49 51
                                    


Selamat membaca...

-

-

-

Sarapan pagi ini masih begitu canggung untuk Mahesa dan Januar. Kedua nya masih belum saling tatap mata, seperti nya lebih ke mengalihkan atensi masing-masing dengan sengaja.

"Kalian bertiga masih inget kan ucapan Ayah?" Tanya Ayah baru saja menyelesaikan sarapan.

Arjuna, Mahesa dan Januar mengangguk.

"Bagus. Hechan berangkat sama Nakula ya, Ayah sama Mas Abi ada meeting pagi. Mba Renata istirahat aja di rumah, biar Dyo aja yang gantiin jadi sekretaris Mas Abi"

Renata dan Hechan mengangguk. Aura Ayah masih terlihat menyeramkan seperti semalam. Ya, seperti nya Ayah masih marah pada anak-anak nya.

"Yuk Mas Abi"

"Iya Ayah"

"Aku berangkat ya sayang, kalau ada apa-apa langsung telpon Mas" Renata mengangguk lalu mencium punggung tangan suami nya, dan Abimana mencium pucuk kepala Renata. Begitupun juga Ayah dan Bunda melakukan hal yang sama seperti Abimana dan Renata.

"Berangkat Bun"

"Hati-hati Mas"

Abimana menyusul Ayah setelah mencium punggung tangan sang Bunda.

"Kita udah selesai Bun. Berangkat ya" Ucap Nakula.

"Adek bawa mobil sendiri ya Bun. Mau jemput Naira"

"Kapan-kapan ajak Naira kesini biar Bunda tau"

"Siap Bunda"

Ketiga nya berpamitan dan menyalami orang-orang yang lebih tua.

"Januar, Mahesa. Beresin ini semua. Bunda sama Mba Renata mau beli keperluan buat lamaran Kak Bayu"

Kedua nya mengangguk lalu mulai membereskan semua hidangan dan piring kotor di meja makan. Kedua nya merasakan sesak saat sang Bunda memanggil nama mereka tanpa embel-embel nama panggilan kedua nya.

"Bayu juga berangkat ya Bunda. Mau minta izin lagi dua hari sama Pak Soman"

Bunda mengangguk. Bayu mencium tangan sang Bunda dan kemudian berlalu ke garasi rumah.

"Bang Juna kenapa belum berangkat?"

"Cafe buka kan jam 10 Bun. Ini masih jam setengah 7. Juna mau anterin Bunda sama Mba Renata aja gak papa?"

"Yaudah, Bunda sama Mba Rere siap-siap dulu"

Arjuna mengangguk, ia juga harus siap-siap dulu.

-

-

-

"Nakula"

Nakula menoleh lalu membungkuk sopan sambil tersenyum "Eh Sir Doy"

"Sir Doy-Sir Doy. Saya guru agama bukan guru bahasa inggris"

"Eh, iya almudris Doy. Ada apa?"

Doy menggelengkan kepala nya.

"Ini tolong ambilin mayat-mayat an di ruang keagamaan nanti anterin aja ke kelas 11 IPA 6. Ini kunci nya. Saya ada praktek sholat mayat di kelas sana"

"Yah, kenapa gak anak 11 IPA 6 nya aja Pak?"

"Nanti mereka madol"

Nakula menghela nafas nya lalu mengambil kunci di tangan Pak Doy.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang