Kekhawatiran

347 54 35
                                    

Selamat membaca...

-

-

-

Krystal beberapa kali menelepon Arjuna, tapi belum juga ada respon apapun dari kekasih nya itu. Naira pun sama, ia menelepon Sadewa yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Kedua sepupu itu bergerak panik di dalam kamar Naira saat mengetahui jatuh nya pesawat dari Singapore-Indonesia di perairan Batam. Dan kedua nya sangat terkejut saat melihat kedua nama yang tertera di layar televisi dengan bertulisan nama Abimana dan Mahesa. Saat itu juga Krystal dan Naira segera berlari panik mengambil ponsel mereka untuk menghubungi kekasih mereka yang sampai detik ini masih belum juga mendapatkan respon apapun.

"Nay, Sadewa udah ada jawaban?"

"Belum kak, ini Naira lagi hubungin Nakula juga sama belum ada jawaban. Echan juga"

Krystal mendesah panik. Mama Naira masuk ke dalam kamar Naira.

"Ital, Nay dari pada panik terus mendingan samperin ke rumah nya Arjuna aja. Mereka gak bakalan sempet pegang hp" Ujar Mama Naira.

Naira dan Krystal saling pandang. Kedua nya langsung menyambar jaket dan berlari menuju halaman rumah untuk masuk ke mobil.

"Bude Ita sama Naira berangkat!" Pekik Krystal melajukan mobil milik nya.

Di Apartment, Zulfa dan Putri melakukan hal yang sama seprti Krystal dan Naira. Kedua nya sama-sama panik saat Naira memberitahu Zulfa perihal Abimana dan Mahesa yang menjadi korban jatuh nya pesawat. Kedua nya baru saja sampai apartment setelah membeli makan untuk buka puasa. Bahkan kedua nya langsung menghentikan makan mereka yang baru beberapa suap itu.

"Ya Allah ini Januar susah banget di hubungin. Kak Putri panik banget Zul. Mendingan kita samperin aja ke rumah Ayah. Kakak pesen gocar dulu" Ucap Putri memesan mobil online via ponsel.

Zulfa masuk ke dalam kamar mengambil uang tabungan dan jaket nya dan Putri.

"Ini jaket kakak"

Kedua nya pun langsung berlari keluar dari apartment dan menuju halaman gedung.

Di rumah sakit Bunda, Bayu dan Sarah tidak henti-henti nya memanjatkan doa untuk keselamatan Abimana dan Mahesa. Renata masih belum juga siuman. Biarlah, itu sedikit membuat Bunda merasa tenang meskipun masih ada raut khawatir untuk kedua anak nya yang entah bagaimana keadaan nya saat ini. Bunda masih belum juga mendapatkan kabar apapun dari anak ketiga nya dan suami nya.

"Bunda, biar Mba Renata. Sarah yang jagain sama Mas Bayu. Bunda pulang aja diantar sama Mas Bayu. Dirumah gak ada siapa-siapa. Sarah khawatir sama keadaan adik-adik" Ujar Sarah.

Bunda langsung tersadar. Bunda lupa jika masih mempunyai tiga anak lainnya dan si bontot yang di tinggalkan di rumah.

"Kak Sarah gak papa jaga dulu Mba Renata?"

Sarah mengangguk "Gak papa Bunda"

"Jangan beritahu apapun masalah ini sama Mba Renata ya. Hindarin Mba Renata dari barang elektronik lain nya. Jangan sampai Mba Renata tau kabar ini. Janin nya sangat lemah, Bunda gak mau terjadi sesuatu hal yang gak baik" Ucap Bunda.

Sarah mengelus lengan Bunda.

"Bunda tenang aja. Sarah bakalan jagain Mba Renata dengan baik insyaAllah. Sarah pasti bakalan selalu kabarin Bunda perkembangan Mba Renata"

Bunda bernafas lega lalu pamit keluar ruangan bersama Bayu.

Renata kebetulan sudah di pindahkan keruangan rawat VIP. Kini Sarah duduk di kursi samping brankar Renata. Sambil mengelus lengan Renata dengan lembut, Sarah berucap.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang