Pertemuan pertama

327 45 27
                                    

Selamat membaca...

-

-

-

Abimana dan Renata, kini kedua nya sudah berada di kamar rawat Mahesa. Mereka berdua baru saja menjelaskan cek kandungan pertama Renata tadi.

Bunda terenyum, mata nya berbinar melihat foto USG Renata. Tangan nya hingga gemeter saking seneng nya. Aulia ikut melihat nya, ia juga ikut terenyum namun gemas karena melihat ukuran si janin yang sebesar biji kacang hijau. Oh iya, sekarang di tambah ada Bayu dan Sarah yang baru saja datang lima belas menit yang lalu, mau minta izin buat ke Garut.

"Padahal Rere tuh mau nya yang ngalamin masa-masa kehamilan tuh ya Renata bukan Mas Abi. Jadi maksudnya biar bisa lebih menghargai usaha bagaimana menjadi ibu hamil" Ucap Renata.

Wendy dan Renata tadi sempat berbincang perkara kehamilan pertama Wendy.

"Kalau mau kayak gitu harus kuat dan banyak sabar nya" Balas Wendy.

"Aku jadi gak sabar deh liat perut aku membuncit" Kekeh nya sambil mengelus perut nya yang masih rata.

"Selama hamil Mba Renata di rumah Ayah aja ya Bun?" Tanya Jonny.

Bunda baru ingat. Bunda langsung menghampiri Bayu dan Sarah.

"Nak Sarah, maaf ya kalau Bunda lancang. Bunda mau ngasih tau sama Nak Sarah soal ini sebelum kalian menikah" Ujar Bunda.

Semua orang di dalam kamar rawat Mahesa langsung menegang. Apalagi Sarah, wanita itu sudah mulai gugup lagi melihat raut wajah Bunda yang serius.

"Kenapa Bunda?" Tanya Sarah menahan gugup.

"Bunda sama Ayah, eh engga tapi sama anak-anak juga. Sarah pasti pernah bertanya-tanya kenapa Abimana sama Renata gak pisah rumah setelah rumah tangga?" Tanya Bunda.

Sarah mengangguk, ia memang sempat berfikir seperti itu di tambah melihat foto pernikahan Renata dan Abimana, Dan foto Renata yang seorang diri terpajang dengan figura yang besar di ruang utama.

"Itu karena sebelum mereka menikah, Bunda meminta pada Abimana dan Renata untuk tetap di rumah Ayah, walaupun sudah berumah tangga. Anak Bunda laki-laki semua nya, kalau salah satu nya Bunda biarkan berpisah rumah setelah rumah tangga. Yang ada nanti yang lain nya pasti mengikuti seperti itu, nanti Bunda sama Ayah sendiri di rumah kalau anak-anak sudah pada menikah. Maka dari itu, Bunda bilang sama anak-anak untuk tetap tinggal di rumah walaupun sudah berumah tangga" Jelas Bunda.

"Nak Sarah apa bersedia tinggal satu atap sama keluarga Bunda setelah berumah tangga?" Tanya Bunda pada Sarah.

Bayu sudah menatap was-was pada Sarah. Masalah nya, Sarah pernah bilang kalau setelah menikah ia ingin mandiri dan tinggal berpisah dari para orang tua.

Sarah terdiam sebentar. Bunda menggenggam tangan Sarah.

"Bunda punya batasan Nak, jika anak-anak Bunda sudah berumah tangga. Bunda tidak akan menuntut apapun pada anak-anak Bunda. Bunda juga tidak akan ikut campur dalam rumah tangga anak-anak Bunda. Kalau Nak Sarah ragu bisa tanya langsung ke Renata gimana Bunda bersikap selama mereka berumah tangga dan memutuskan tetap tinggal di rumah Ayah" Ucap Bunda.

Sarah langsung menggeleng. Dia bukan ragu akan ucapan Bunda. Namun ia ragu, karena tentu Sarah adalah seorang introvert dan pemalu. Ia takut tidak bisa mengimbangi keluarga Bayu.

Mereka semua masih terdiam menunggu jawaban Sarah. Sarah menatap Bayu, Bayu hanya mengangguk samar. Bayu menyerahkan jawaban sepenuh nya pada Sarah.

"Bunda, Sarah orang nya pemalu. Maafin Sarah kalau nanti bikin Bunda sama yang lain gak nyaman. Sarah gak masalah kalau Sarah sama Mas Bayu tinggal di rumah Ayah. Sarah cuman takut sifat Sarah yang pemalu sedikit mengganggu yang lain" Ucap nya dengan jujur.

Harta Tahta Keluarga || SuperMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang