🌧🌧🌧
"Banyak orang yang mengatakan bahwa kenangan indah maupun buruk adalah hal yang sama-sama sulit untuk dilupakan, senantiasa berada di dalam benak, karena tanpa sadar kita selalu memikirkannya hingga kenangan itu semakin melekat. Mungkin saat kau sudah menganggap hal itu sesuatu yang biasa, kau akan bisa meninggalkannya."
🌧🌧🌧
Satu minggu yang diisi dengan ujian semester di sekolah terasa begitu cepat bagi Rayna. Satu minggu itu pula yang Rayna gunakan bukan hanya untuk fokus belajar, melainkan untuk mempersiapkan hatinya pula. Ya, Rayna akan bertanya mengenai pembicaraan Sena dengan Dio beberapa minggu yang lalu. Maka dari itu ia harus siap dengan segala kemungkinan terburuk.
Semenjak Sena kembali ke sekolah dan selesai dari hukumannya, Rayna sedikit menjaga jarak dengan Sena. Ia tidak membaca atau membalas pesan Sena, dan Sena juga jarang sekali menghubunginya, mereka hanya sesekali bertemu di sekolah. Mungkin karena Sena juga tengah sibuk belajar untuk ujian kali ini.
Seperti yang sudah dikatakan Tiara seminggu yang lalu, bahwa Rayna harus mempersiapkan hati terlebih dahulu agar ia tidak terkejut mendengar kenyataan terburuk. Dan kali ini Rayna rasa ia sudah siap, ia tidak akan menunggu lama lagi, mengulur waktu, membiarkn semuanya terlupakan begitu saja, maka dari itu ia berniat menghubungi Sena kembali.
Rayna masih berada di ruang kelas yang sudah sepi bersama Shasa yang tengah menunggu sopirnya datang, Shasa bilang sopirnya akan telat menjemput karena jalanan macet pada Jumat siang ini. Jadi, Shasa memintanya untuk menemaninya di kelas, karena jika menunggu di depan gerbang sekolah, mereka akan kepanasan dan Shasa tidak mau kulitnya terbakar.
Rayna membuka tas, mengambil ponselnya. Ia berniat untuk menghubungi Sena. Panggilan pun langsung tersambung beberapa detik saja setelah Rayna menekan panggilan pada kontak Sena.
"Hallo, Rayn?" Rayna tersenyum tipis. Ada perasaan rindu saat kembali mendengar suara itu.
"Hai. Em, besok kira-kira lo bisa nggak kalo kita ketemuan?" tanya Rayna langsung ke titik awal. Suara di seberang sana sangat bising sekali, mungkin Sena masih berada di kelasnya, lalu ia hanya mendengar suara langkah kaki. Sepertinya Sena tengah keluar kelas mencari tempat yang sepi.
"Sori, ya, di kelas berisik," ucap Sena, "tadi lo bilang besok bisa ketemuan atau nggak? Bisa, dong! Sekarang juga bisa kalo lo mau, yuk," ajak Sena begitu antusias.
"Jangan sekarang, besok aja," pinta Rayna. Lagipula jika sekarang ia masih lelah sehabis ujian, ingin segera pulang.
"Oke, besok. Lo masih di sekolah, kan, gue antar balik, ya?" tawar Sena. Sena pasti saja seperti ini, selalu ingin mengantarnya pulang.
"Nggak usah, bentar lagi gue mau balik, kok, nanti gue kasih tahu lagi di mana tempatnya, oke."
"Kalo gitu besok gue jemput?" Sena tetap tak menyerah.
"Nggak juga. Kita langsung ketemuan di tempatnya aja nanti," tolak Rayna membuat Sena di seberang sana menghembuskan napas.
"Oke. Gimana udah puas seminggu ini diemin gue?" tanya Sena pelan. Rayna tertegun, ternyata Sena menyadari bahwa ia sedikit menjauh darinya. Rayna pikir Sena tidak akan menyadari hal itu karena mereka sama-sama sedang fokus untuk ujian. "Ada yang bikin lo marah, ya, sama gue?" tanya Sena kembali, Rayna reflek menggelengkan kepalanya walaupun jelas saja Sena tidak melihat itu.
"Nggak, Bang, gue nggak marah sama lo. Seminggu ini kan kita ujian. Gue mau fokus dulu belajar, gue juga nggak mau ganggu lo," jelas Rayna tidak sepenuhnya berbohong sebenarnya. Ia memang ingin fokus dulu dengan ujian kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Teen FictionRayna Roseline, gadis yang terjebak di dalam masa lalunya. Ia begitu sulit melupakan. Ketika ia mulai lupa keadaan justru memaksanya kembali bertemu dengan masa lalunya itu. Seakan waktu memang sedang mempermainkan perasaannya, atau justru ingin men...