🌧️🌧️🌧️
"Tidak mudah mencoba menerima sesuatu yang tidak ingin diingat kembali."
🌧️🌧️🌧️
Rayna mengembuskan nafas berat. Di sinilah sekarang ia berada, di depan gerbang yang membatasi area sekolah dengan jalan yang ia pijaki. Papan nama sekolah begitu jelas terlihat, menunjukan bahwa inilah sekolah SMA Tirtajaya Bangsa. Sekolah yang membuat Rayna beribu-ribu kali berfikir untuk memasukinya.
Gerbang ini bagaikan pintu untuk menuju ruang masa lalu, tentu saja Rayna ragu melangkah. Sebab jika melangkahkan kakinya ke depan, ia harus siap kembali bertemu dengan 'Dia' yang tidak ingin Rayna ingat kembali.
Rayna menarik nafas berat dan menghembuskannya secara perlahan. Ia tengah menekankan hati bahwa ia bisa melewati ini semua.
Gak ada yang perlu dikhawatirin, Rayna. Lo bisa! Ya, lo dan dia udah saling lupa. Kejadian satu tahun yang lalu itu gak akan berdampak apapun lagi buat lo. Lo di sini berniat untuk sekolah, bukan kembali untuk masa lalu, ucap Rayna dalam hati.
Ia meyakinkan diri bahwa sekolah di depannya ini bukan rumah kosong yang dihuni hantu, sehingga ia harus takut untuk melangkah ke depan. Rayna dengan yakin melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, ia tidak akan membuat dirinya sendiri larut dalam kenangan, membuat segala pergerakan Rayna terhalang.
Rayna akhirnya bisa melangkah maju, kali ini ia telah berada di area sekolah. Lalu-lalang siswa siswi begitu ramai di sekolah ini, sesekali juga ada yang saling melemparkan tatapan memuja kepada Rayna. Setelah cukup lama mencari ke sana ke mari, ia akhirnya tiba di depan ruang kepala sekolah. Ia mengeluarkan map yang diberikan mamanya tadi pagi, yang akan ia berikan ke kepala sekolah.
Rayna memegang gagang pintu dan membukanya perlahan. "Permisi, Pak!"
"Ya, silahkan masuk!" Rayna pun masuk menghampiri seorang pria yang berkisar umur setengah abad itu, yang tak lain adalah kepala sekolah SMA Tirtajaya Bangsa.
"Saya Rayna, Pak. Ini map berisi data-data saya kemarin," ucap Rayna seraya menyodorkan map berwarna biru ke meja kepala sekolah.
"Oh, kamu ini murid baru yang kemarin mendaftar, ya?" Tanya kepala sekolah, Rayna hanya mengangguk mengiyakan.
"Silahkan duduk, dan tanda tangan di sini," ucap kepala sekolah memerintahkan. Rayna dengan cekatan menandatangani map lain yang disodorkan oleh kepala sekolah.
"Perkenalkan saya Pak Saeful, kepala sekolah di SMA ini, dan akan menjadi kepala sekolah kamu juga kedepannya." Rayna dengan senang hati menjabat tangan kepala sekolah yang bernama Saeful itu.
"Saya Rayna, Pak," balas Rayna seraya tersenyum.
"Saya ucapkan selamat datang di SMA Tirtajaya Bangsa, ya. Semoga bisa menjadi murid yang berprestasi ke depannya."
"Terima kasih, Pak!"
"Sebentar lagi wali kelas kamu datang, dia akan mengantarkan kamu ke kelas baru," ucap Pak Saeful menjelaskan. Rayna hanya mengangguk seraya tersenyum. Tak lama dari itu, datang wanita berumur berkisar 30 tahunan ke ruang kepala sekolah.
"Permisi, Pak!"
"Ayo, Bu Ina! Silahkan masuk," titah kepala sekolah. Lalu kembali berucap, "Ini yang akan masuk kelas X IPA 2 di kelas, Ibu. Namanya Rayna." Guru yang di sapa Bu Ina itu pun melihat ke arah Rayna seraya tersenyum.
"Hallo! Rayna. Saya Bu Ina. Guru Fisika, sekaligus wali kelas kamu ke depannya," ucap Bu Ina ramah. "Gimana udah siap belajar?"
"Saya siap, Bu," jawab Rayna semangat.
"Yasudah kalo begitu, kebetulan Ibu ada jam di kelas kamu. Pak, saya permisi dulu, ya," pamit Bu Ina kepada kepala sekolah.
"Iya, silahkan Bu Ina. Selamat bertugas."
"Permisi, Pak."
Rayna dan Bu Ina yang tak lain wali kelasnya itu beranjak dari ruang kepala sekolah untuk menuju kelas.
♡️♡️♡️
Murid-murid kelas X IPA 2 segera berlarian ke dalam kelas mereka saat melihat Bu Ina datang. Bu Ina dan Rayna lalu berdiri di depan kelas.
"Selamat pagi, Anak-anak! Mohon perhatiannya sebentar. Ibu akan ada pengumuman," tutur Bu Ina, seketika suara riuh di kelas mulai mereda. Tidak banyak yang mulai bertanya-tanya siapa yang tengah berada di depan kelasnya ini.
"Ibu mau kasih tahu, kalo di kelas ini kedatangan murid baru. Semoga kalian bisa berteman baik ya. Untuk lebih jelasnya, biar temen kamu ini yang perkenalan diri. Ayo Rayna, silahkan perkenalan diri kamu ke teman-teman," titah Bu Ina, Rayna mengangguk mengiyakan.
"Selamat pagi. Kenalin nama gue Rayna Roseline, bisa di panggil Rayna. Gue pindahan dari SMA Bakti Jakarta," tutur Rayna memperkenalkan dirinya di depan kelas. Banyak yang bersorak senang dengan kedatangan Rayna di kelasnya.
"Hallo, Rayna!" Sorak seisi kelas.
"Udah?" Rayna mengangguk mengiyakan. Bu Ina kembali berucap, "Yasudah, kamu silahkan duduk di ... nah, di samping Shasa aja, kebetulan kursi di sampingnya kosong." Rayna mencari di mana orang yang bernama Shasa itu, sebelum melihat ada cewek yang duduk di barisan kedua yang melambai ke arahnya. Rayna dengan cepat menghampiri dan duduk di samping cewek itu yang tak lain adalah Shasa.
"Selamat datang di SMA Tirtajaya Bangsa, semoga betah ya," ucap cewek di samping kanan Rayna. Rayna tersenyum membalasnya. "Oh iya. Kenalin nama gue Shasa Keesha, lo bisa panggil Shasa," sapa Shaha sembari menyodorkan tangganya ke arah Rayna.
"Gue Rayna," jawab Rayna sambil membalas uluran tangan Shasa. "Lo emang duduk sendiri, ya? Atau orang yang duduk di sini gak masuk?" Rayna bingung cewek di sampingnya ini duduk sendiri di barisan ke dua dari depan. Biasanya kursi yang kosong hanya ada di barisan paling belakang.
"Nggak, kok. Gue emang duduk sendiri. Beberapa hari yang lalu, temen duduk gue juga pindah sekolah. Untung lo masuk kelas ini, gue jadi ada temen duduk lagi," jelas Sahsa. Rayna mengangguk paham.
"Baiklah, anak-anak! Silahkan buka buku halaman 78 ya, kita lanjutkan materi yang kemarin," titah Bu Ina di depan kelas. Rayna dan temen sekelasnya pun mulai fokus dengan materi hari ini.
♡️♡️♡️
Jangan lupa vote, comennya man teman!!!...^^
See you next chapters!!!
Salam dari Ranf^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Dla nastolatkówRayna Roseline, gadis yang terjebak di dalam masa lalunya. Ia begitu sulit melupakan. Ketika ia mulai lupa keadaan justru memaksanya kembali bertemu dengan masa lalunya itu. Seakan waktu memang sedang mempermainkan perasaannya, atau justru ingin men...