||40. Sahabat Lama||

165 15 0
                                    

🌧🌧🌧

"Perkara perempuan, memang selalu bisa membuat lelaki bimbang."

🌧🌧🌧

Sena tengah berjalan beriringan dengan Tiara untuk menuju kelas mereka sebelum akhirnya langkah Sena terhenti saat melihat dua orang di seberangnya tengah berbicara serius. Sena memperhatikan mereka dengan saksama, mengabaikan Tiara yang menatapnya kebingungan sebelum akhirnya ia pun tahu apa yang tengah Sena lihat.

"Lo nggak perlu tanya gue bisa atau nggak. Serius, lo nggak perlu mempertanyakan hal itu. Bisa atau nggaknya gue akan tetap berusaha. Lo nggak usah peduliin gue, apalagi menanyakan hal yang bukan hak lo."

Sena terperangah mendengar Rayna mengucapkan hal itu kepada Dio. Belum sempat ia mengubah mimik wajahnya, Rayna sudah berbalik dan tampak terkejut saat melihat Sena dan Tiara. Tatapan mereka bertemu beberapa saat, Sena bisa melihat dengan jelas begitu menyakitkannya tatapan itu, tatapan yang penuh kekecewaan, sampai Sena pun ikut sedih saat melihat Rayna seperti ini.

Setelah terdiam cukup lama Rayna di depannya berjalan melewatinya begitu saja. Sena tidak terlalu terkejut, pasti Rayna sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun saat ini. Tapi, Sena juga tidak bisa berbohong bahwa melihat Rayna yang mengabaikannya seperti itu hatinya terasa sakit.

Sena menoleh ke belakang memperhatikan Rayna yang sudah pergi menjauh. Ia lalu menghela napas dan kembali menoleh ke depan di mana Dio berdiri dengan gelisah. Sena melangkah mendekat, memperhatikan Dio dengan raut wajah datar.

"Gimana? Udah tahu, kan, apa dampaknya kalo Rayna tahu soal ini? Gue harap apa yang lo inginkan nggak jadi bumerang buat lo sendiri," tandas Sena tanpa intonasi. Ia memperhatikan Dio yang bergeming, tidak ada tanda-tandanya melawan. Sena akhirnya memilih kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga disusul oleh Tiara yang mengejarnya di belakang.

"Sen, ada apa, si? Kenapa tadi Rayna kelihatan marah banget? Terus itu si Dio kenapa lagi?" tanya Tiara yang sedari tadi diam memperhatikan apa yang baru saja terjadi.

Sena tidak menjawab apapun pertanyaan Tiara. Ia tidak ingin berbohong, ia juga tidak ingin berbagi cerita, maka dari itu Sena memilih untuk diam.

Sena tahu bukan ini yang Dio harapkan. Ini pasti di luar dugaannya, di luar harapannya. Dio mungkin saja tidak pernah mengira Rayna akan marah seperti itu, tetapi nyatanya demikian. Bukan hanya sekedar marah, Rayna juga kecewa dengan Dio, bahkan Sena.

♡♡♡

Rayna tengah duduk di sofa sambil menonton televisi sebelum akhirnya suara bel rumah membuatnya menoleh. Ia hendak bangkit dan membukakan pintu, tetapi Bi Surti sudah lebih dulu pergi ke luar untuk melihat siapa yang datang.

"Ya ampun, Nyonya, Tuan kenapa?"

"Tolong cepat buka pintu kamar ya, Bi."

"Baik, Nyonya."

Rayna mengernyitkan dahi bingung mendengar suara panik Bi Surti, lalu disusul dengan suara wanita yang begitu familiar. Mamanya. Kali ini Rayna bangkit dari duduknya, semakin bingung saat melihat Bi Surti kembali ke dalam rumah dengan lari tergopoh-gopoh menuju kamar utama, disususl dengan mamanya yang memapah ayahnya berjalan.

Rayna berjalan menghampiri, dahinya mengernyit melihat kondisi ayahnya yang sepertinya kurang baik. "Lho, Ma, Ayah kenapa?" tanya Rayna sambil mengulurkan tangan berniat untuk membantu ayahnya, tetapi ucapan Danu selanjutnya membuat Rayna bungkam.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang