||18. Perasaan Lain||

255 26 0
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Tuhan akan selalu menghadirkan kebahagian di balik kesedihan. Hanya perlu bersabar dan yakin bahwa masih banyak orang yang peduli dengan apa yang kita rasakan saat ini."

🌧️🌧️🌧️

Sorot matahari pagi memancarkan cahaya keemasan dibalik awan putih. Mengikuti gerak kaki gadis yang tengah berjalan gontai di koridor sekolah untuk menuju kelasnya.

Rayna berhenti sejenak, bukan karena ia terlupa akan sesuatu, tetapi pandangannya berkunang-kunang, keringat dingin membanjiri tubuhnya, ia sungguh kelelahan. Berjalan kaki dari rumah ke sekolah hingga kiloan meter membuatnya lemas setengah mati, apalagi ia belum mengonsumsi apapun.

Rayna memutuskan berjalan kaki bukan karena tidak ada kendaraan yang akan ia tumpangi, melainkan karena ia males jika  sampai ke sekolah terlalu pagi dan sekolah pun pasti masih sangat sepi. Sekarang ia benar-benar kelelahan, kepalanya pening, peluh membanjiri setiap lekuk wajahnya yang mulai memucat.

Rayna sudah tidak kuat melanjutkan langkahnya menuju kelas yang ada di lantai atas. Kakinya seperti dicengkeram kuat sehingga sulit untuk ia gerakan. Tubuhnya serasa kaku, tetapi Rayna mencoba memaksakan langkahnya berbelok ke kanan pada tangga menuju lantai dua.

Tapi parahnya lagi pandangan di depannya justru semakin mengabur, ia memegang kepalanya yang berdenyut dua kali lebih kuat dari sebelumnya. Belum sempat ia mengangkat kaki menaiki anak tangga, tubuhnya sudah limbung ke belakang.

Rayna terpejam. Tubuhnya seperti melambung di udara. Apa ia sedang bermimpi? Tidak. Ini bukan mimpi, sentuhan di bahunya sangat terasa, ada orang yang menahan tubuhnya sehingga ia tidak jadi jatuh karena kehilangan keseimbangan tadi. Tapi Rayna tidak tahu siapa orang tersebut, ia terlalu lelah untuk sekedar membuka matanya.

Perlahan Rayna membuka mata. Manik matanya yang sayu langsung bertemu dengan manik mata pria tampan yang masih memegangi tubuhnya. Dio. Walaupun wajahnya tidak jelas Rayna tahu bahwa itu Dio.

"Are you okay?" Rayna dengan cepat menegakkan tubuhnya dan menggeleng lemah. "Lo lagi sakit?" tanyanya kembali. Ia tahu cewek di depannya ini pasti sedang tidak baik-baik saja. "Kalo lo lagi sakit jangan dipaksain buat ke sekolah, libur satu dua hari aja nggak masalah daripada lo kaya gini." Dio meraih pergelangan tangan Rayna yang lembab, lalu beralih memegang dahi Rayna yang penuh peluh dengan wajahnya yang pucat pasi.

"Badan lo dingin banget, Rayn. Gue antar ke UKS ya?" tawar Dio dengan nada yang penuh kekhawatiran.

"Nggak usah, gue nggak apa-apa kok. Cuman pusing sedikit aja nanti juga ilang." Rayna mencoba tersenyum walaupun sedikit. Dio yang memperhatikan Rayna sedari tadi dengan cepat membuka resleting jaket bombernya dan memakaikannya ke tubuh Rayna. Rayna hanya diam memperhatikan. Dio memang selalu bisa membuatnya terpaku.

"Lo masih kuat jalan?" tanyanya lembut. Rayna tidak tahu apakan ia masih kuat berjalan atau tidak, tetapi ia mengangguk walaupun ragu. "Ikut gue." Dio meraih sebelah tangan Rayna dan menuntunnya berjalan ke depan. Rayna tidak tahu ia akan dibawa kemana, tetapi ia memilih untuk diam dan menurut.

♡️♡️♡️

Dio membawa Rayna ke kantin sekolah yang masih sepi dengan tangannya yang masih setia menggenggam tangan Rayna. Hanya ada beberapa orang di kantin. Mungkin setengah jam menuju bel masuk ini siswa siswi SMA Tirta Jaya sibuk dengan aktivitasnya menuju kelas, atau mungkin saja sibuk menyalin pekerjaan rumah yang belum dikerjakan, daripada harus nongkrong di kantin yang hanya akan membuang waktu dan juga uang saku mereka.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang