🌧🌧🌧
"Perkataan orang mabuk terkadang lebih merisaukan dibandingkan ucapan orang yang sadar seratus persen akan apa yang diucapkannya itu. Karena orang mabuk berkata dari lubuk hatinya yang tersembunyi, ia jujur dengan apa yang ia ingini."
🌧🌧🌧
Rayna melempar tas sekolah begitu saja ke atas kasur disusul dengan tubuhnya. Ia merentangkan kedua tangan sambil menatap langit-langit kamar. Bosan. Mungkin itu yang kali ini Rayna rasakan, ia bosan berada di rumah terlebih lagi ia bosan melalukan hal yang itu-itu saja.
Rayna memejamkan mata, tetapi yang ada di pikirannya kali ini justru percakapannya dengan Fiona tiga hari yang lalu. Fiona yang datang menemuinya untuk mengatakan hal yang membuat Rayna tercengang. Pasalnya gadis itu datang mengatakan: bagaimana hubungan Rayna dengan Sena sebelum Rayna berada di sini? Itu konyol sekali.
Tentu saja Rayna yang mendapati pertanyaan seperti itu kebingungan, ia ragu harus menjawab apa karena ia sendiri tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Sena dulu. Itu bukan Sena, kan? Itu Dio. Tapi sepertinya Fiona tidak tahu-menahu soal itu. Lagi pula Rayna tidak terlalu mengerti hubungan apa yang Fiona maksudkan.
Jadi, Rayna katakan saja bahwa ia dan Sena sama sekali tidak pernah ada hubungan apa pun. Ia tidak banyak berkomunikasi dengan Sena hampir sepenuhnya yang berkomunikasi dengan Rayna dulu adalah Dio. Ia jelaskan juga bahwa semuanya hanya kesalahpaham, Dio sudah merencanakan sesuatu di luar batas yang pada akhirnya menyebabkan Rayna dan Sena terjebak dalam hubungan yang rumit. Rayna katakan juga pada Fiona ia tidak perlu khawatir karena sedari dulu Sena tidak pernah mengenalnya, Rayna dan Sena baru saling mengenal setelah Rayna berada di Bandung. Itu pun disatukan dengan keadaan yang tidak masuk akal.
Fiona begitu terkejut mendengarnya, saat itu Rayna juga tidak bisa mendeskripsikan dengan jelas bagaimana mimik wajahnya. Apa Fiona kecewa, sedih, atau justru senang. Yang Rayna lihat ada semburat senyum samar di wajahnya, sangat singkat sampai Rayna tidak yakin apakah itu sebuah senyuman.
Fiona meminta maaf kepada Rayna. Ia begitu menyesal selama ini telah banyak mengabaikan Sena, Fiona juga mengatakan bahwa ia akan menebus semua kesalahannya dengan memperjuangkan Sena kembali, ia akan kembali kepada Sena seperti dulu. Begitu katanya. Seolah-olah Fiona berpikir Rayna perlu tahu hal itu.
Perasaan Rayna campur aduk, ia juga tidak menyangka sampai punya hati berpikir bahwa ucapan Fiona beberapa bulan yang lalu—yang memintanya untuk selalu bersama Sena—sama sekali tidak sesuai, terdengar omong kosong. Lagi pula untuk apa Fiona menanyakan hal itu kepada Rayna? Kenapa juga ia mengatakan segala penyesalan itu di depannya? Bukannya Fiona sudah kembali dekat dengan Sena? Lalu kenapa tidak langsung ia saja yang tanyakan itu kepada orang yang bersangkutan?
Ya, tetapi lagi-lagi Rayna memilih diam walaupun saat itu ia merasa muak sekali dengan segala perkataan Fiona yang terkesan mendramatisir. Sepertinya Rayna tengah lelah hari itu, sampai ia sendiri tidak tahan melihat Fiona berlama-lama di rumahnya.
Karena tidak tahu harus mengatakan apa lagi, Rayna terpaksa mengusir Fiona dari rumah. Tidak benar-benar mengusir sebenarnya, Rayna hanya mengatakan bahwa ia masih memiliki banyak tugas yang belum dikerjakan jadi ia tidak bisa berlama-lama berbicara dengan Fiona. Untung saja Fiona tidak menanyakan hal lain lagi ia langsung pergi selepas Rayna mengucapkan hal itu.
Rayna menghela napas panjang, mencoba menghalau segala ucapan Fiona yang saat ini bersarang kembali di pikirannya. Saat itu Rayna cukup sadar bahwa ia kesal, tetapi sekarang ia justru merasa bersalah karena tak seharusnya Rayna bersikap seperti itu kepada Fiona. Fiona hanya bertanya, barangkali agar ia juga tidak keliru dengan hubungannya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/225515048-288-k151850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable
Teen FictionRayna Roseline, gadis yang terjebak di dalam masa lalunya. Ia begitu sulit melupakan. Ketika ia mulai lupa keadaan justru memaksanya kembali bertemu dengan masa lalunya itu. Seakan waktu memang sedang mempermainkan perasaannya, atau justru ingin men...