||4. Apakah dia¿||

664 78 17
                                        

🌧️🌧️🌧️

"Tak pernah terpikirkan sebelumnya, kau akan kembali lagi kedalam kehidupanku."

🌧️🌧️🌧️

Koridor sekolah ramai dengan suara perempuan yang berteriak kegirangan, saat melihat seorang cowok bertubuh tinggi kekar tengah berjalan santai ke arah ruang OSIS. Ia diminta mengambil data kegiatan OSIS bulan ini lalu ke ruang kepala sekolah untuk meminta tanda tangan.

Beberapa siswi yang berlalu lalang saling melemparkan tatapan memuja. Tidak bisa dipungkiri cowok ini memang sangatlah tampan. Tubuhnya yang tinggi kekar, alisnya yang tebal, serta memiliki lesung pipi jika tersenyum, menambah kemanisan di wajahnya yang berkulit putih bersih.

Cowok yang sering mengikuti olimpiade, anggota OSIS, serta sering melemparkan kekonyolan bersama temen-temennya jika berkumpul. Jelas, ia begitu terkenal di SMA Tirtajaya Bangsa. Cowok ini memang terlihat agak cuek dengan orang yang belum ia kenal, bukan berarti ia tidak ramah dengan sekitar.

Rajendra Senjana, sering disapa Sena. Cowok yang hobby menikmati langit senja dan juga langit malam. Cowok humoris kelas XI IPA 2 di sekolahnya ini. Cowok yang terlihat begitu sempurna dan selalu ceria, dan tentunya sangat banyak diminati kaum hawa.

Sesampainya Sena di depan ruang OSIS, ia melihat pintunya terbuka sedikit, itu tandanya ada orang di dalam. Sena bersiap-siap ingin mengagetkan siapapun yang ada di dalam.

"Woy, bro!" Salah satu cowok yang tengah mencatat begitu tenang di kursinya, terlonjak mendengar seruan tersebut.

"Astaga. Kalo datang tuh ketuk pintu dulu terus salam, anak curut," celetuk cowok itu yang bernama Satya. Ia menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini, dan juga teman sekelas Sena di kelas XI IPA 2.

"Hehe, maaf Bang Sat! Gue ulang deh ya, Assalamualaikum ...., " seru Sena seperti biasa memanggil Satya dengan panggilan Bang Sat. Satya yang mendengar itu tentu saja kesal.

"Sekali lagi lo panggil gue Bang Sat, gue timpuk lo!" Satya sudah siap menimpuk Sena dengan buku tebal di tangganya. Sena yang melihat itu tentu saja merenggut.

"Loh kok, salah lagi? Tadi gue disuruh salam, udah salam malah dimarahin. Kalo ada orang salam itu dijawab, emang gak ada akhlak lo!"

"Waalaikumsalam. Ada apa? Pagi-pagi udah ganggu orang aja lo."

"Katanya disuruh minta tanda tangan kepsek? Kalo gak jadi yaudah, gue cus ke kelas lagi aja kalo gitu." Sena sudah bersiap-siap membalikan tubuhnya ke arah pintu, berniat meledek Satya. Hingga pada akhirnya pukulan kecil mendarat di kepalanya akibat pulpen yang dilempar Satya. Sena meringis sambil mengusap kepalanya kesakitan, ia lalu membalikan tubuhnya kembali menatap Satya kesal.

"Nih, jangan lupa pas istirahat berkasnya lo bawa ke sini lagi," ucap Satya seraya menyodorkan berkas ke arah Sena. Sena yang masih mengusap kepalanya, menerimanya dengan cepat.

"Ga asik, lo! Lagi PMS ya?! Lebih baik gue pergi, males liat muka lo lama-lama." Sena melangkah ke arah pintu menuju ruang kepala sekolah, meninggalkan Satya yang menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Ganteng-ganteng bego. Heran, kenapa di depan umum sikapnya bisa berubah cuek banget." Satya merapihkan buku catatannya, dan melangkah menuju kelas, karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang