||14. Konsekuensi yang Didapat||

299 36 3
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Keluarga adalah harta berharga yang Tuhan berikan. Walaupun terkadang rasa sakit dan juga kecewa sering menghampiri, tapi itu bukanlah alasan untuk saling membenci."

🌧️🌧️🌧️

Jalanan kota Bandung padat dengan kendaraan sore ini, Rayna dan juga Sena yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Rayna menunggu lampu merah yang lumayan lama menghijau. Rayna menoleh ke arah kirinya, ia tersenyum saat melihat warna jingga begitu indah menghiasi langit. Rayna menepuk bahu sena pelan memintanya untuk menoleh ke arah kiri, Sena lalu mengikuti arah pandang Rayna yang tengah menatap langit senja.

"Indah," ucapnya pelan. Rayna mengangguk setuju.

Senja memang indah walaupun kehadirannya hanya sementara. Warna jingga yang menghiasi langit adalah bukti terima kasih Tuhan kepada orang-orang yang bekerja keras seharian. Saat mereka pulang di sore hari, mereka disuguhkan senja yang menawan.

Cukup lama mereka menunggu, akhirnya lampu merah sudah kembali menghijau, semua kendaraan kembali melaju begituan motor yang Sena kendarai menuju rumah Rayna.

♡️♡️♡️

"Makasih," ucap Rayna tulus. Ia sudah turun dari motor Sena.

"Sama-sama. Gue balik ya?" Rayna hanya mengangguk.

"Bang." Sena yang akan menyalakan motor mengurungkan niatnya dan menoleh ke arah Rayna kembali.

"Iya. Kenapa?" Rayna kembali melangkah mendekati Sena.

"Emm ... kenapa lo bawa gue ke rumah lo, padahal lo tau sendiri konsekuensi yang bakal lo dapet setelah itu?" tanya Rayna serius. Ia memang penasaran dengan Sena yang katanya baru kali ini membawa perempuan ke rumahnya.

Sena melepaskan helmnya kembali. "Nggak tau kenapa gue ngerasa kalo lo harus aja gue ajak ke rumah. Gue juga nggak peduli kalo misal nanti gue kena marah. Entahlah, bertahun-tahun gue nggak berani bawa cewek, tapi kalo lo gue sama sekali gak takut sama resiko yang bakal gue terima. Lo ... beda." Sena menatap Rayna lurus. Rayna cukup lama terdiam, ia tidak tahu harus senang atau bagaimana.

"Maaf kalo nanti lo sampe kena marah gara-gara gue," tutur Rayna.

"It's ok. Berani berbuat harus berani tanggung jawab, kan." Sena mengerling jahil ke arah Rayna, ia lalu menoleh ke rumah Rayna yang lagi-lagi terlihat sepi. Ada perasaan mengganjal di hati Sena saat melihat rumah Rayna. "Banyak pertanyaan yang pengen gue tanyain ke lo, Rayn. Tapi belum ada waktu yang tepat. Nanti deh, kapan-kapan kita jalan biar bisa ngobrol banyak." Sana kembali memakai helmnya.

"Ya kalo mau tanya, tanyain aja kali. Bilang aja lo mau jalan sama gue," kata Rayna diakhiri tawa. Sena ikut tertawa.

"Itu alasan kedua. Ya udah gue balik ya, see you." Sena kembali menjalankan motornya meninggalkan Rayna.

Rayna lalu masuk ke dalam rumah. Ia mengernyitkan dahi saat sudah sampai di dalam rumah ada koper besar yang tidak ia kenal, di susul dengan kehadiran Rara dan juga seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.

"Eh, Kak udah pulang. Kenalin nih Kak, ini Bi Surti asisten rumah tangga baru di rumah ini. Bi Surti kenalin ini Kak Rayna, Kakak kedua aku." Rara-adik Rayna memperkenalkan wanita paruh baya itu, Rayna dengan cepat menyalami punggung tangannya.

"Kenalin Bi, aku Rayna."

"Sama-sama cantik, ya."

"Hehe makasih, Bi. Ya udah Ra, lo anter Bi Surti ke kamarnya, ya? Gue mau ganti baju dulu ke kamar," titah Rayna.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang