||2. Haruskah Seperti Ini?||

791 91 16
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Kau pernah memberiku masa-masa indah, sayangnya hanya menjadikan semua itu kenangan."

🌧️🌧️🌧️

Setalah dua hari kepindahan Rayna dan keluarganya ke Bandung, Rayna sudah mulai terbiasa. Walaupun hatinya masih belum bisa tenang, sebab Rayna masih bingung dan takut bagaimana jika nanti di sekolah barunya ini Rayna bertemu dengan cowok itu? Rayna belum siap bertemu kembali dengan masa lalunya.

Satu tahun ini Rayna sudah berhasil lupa akan rasa sakitnya dulu, kenapa keadaan justru memaksanya untuk kembali bertemu? Apakah dunia se-sempit ini sehingga Rayna harus satu sekolah dengan 'Dia?' Walaupun Rayna sudah lupa dengan wajah cowok itu, tetapi Rayna masih takut jika kembali bertemu, hati Rayna akan kembali sakit, karena rasa kecewa dan benci yang belum sepenuhnya hilang.

Sinta datang memasuki kamar Rayna. Ia lalu menghampiri Rayna yang sedang melamun di meja belajarnya.

"Rayna, ini seragam sekolah baru kamu. Besok kamu sudah mulai masuk, tadi Mama yang ke sana bersama Ayah," ucap Sinta seraya menyodorkan seragam lengkap di tangannya.

"Oh, iya! Mama lupa. Sebelum pindah Mama temuin gelang ini di ruang tamu, ini punya kamu, kan? Mama simpan disini ya. Jangan lupa nanti turun ke bawah buat makan malam." Sinta mengusap pelan puncak kepala Rayna, setelahnya langsung pergi keluar kamar, meninggalkan Rayna kembali sendiri.

Rayna meraih gelang itu. Sebuah gelang berliontin huruf 'S' berwarna hitam pekat. Rayna ingat betul gelang ini, gelang yang pernah dikirimkan melalui kurir oleh cowok itu. Gelang yang sama, gelang tanda persahabatan mereka.

 Gelang yang sama, gelang tanda persahabatan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin aja huruf N itu R ya😂

Gimana, udah dateng kan gelangnya? Pakai ya jangan sampai hilang. Gelang itu sama kaya yang gue pakai. Sengaja gue bikin sendiri buat tanda persahabatan kita. Lo yang berliontin 'S' sebagai 'Sunset' (senja) dan gue pakai yang berliontin 'R' sebagai 'Rain' (hujan). Atau bisa juga sebagai inisal nama kita, Sena dan Rayna.

Tanpa perizinan dari Rayna, air matanya kembali jatuh. Ia ingat ucapan itu, ia ingat semuanya. Gelang yang pernah hilang satu tahun lalu, sebelum cowok itu menghilang dari hidup Rayna. Kenapa sekarang gelang itu kembali lagi? Dulu ia begitu sulit mencarinya, tetapi saat ini kembali tanpa di minta.

Tanpa sadar Rayna memakai gelang itu kembali di pergelangan tangan kirinya. Berharap luka yang sudah lama ia kubur, tidak kembali muncul ke permukaan.

♡️♡️♡️

Rayna melangkah turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi. Ia sudah siap dengan seragam sekolah barunya. Mungkin menerima apa yang sudah diatur oleh kedua orangtuanya itulah yang mereka inginkan. Walaupun Rayna enggan bersekolah di sana, tetapi percuma membantah pun Rayna tidak akan pernah menang.

"Selamat pagi, sayang," sapa Sinta saat Rayna sudah duduk di kursinya.

"Pagi," jawab Rayna singkat. Anggota keluarganya sudah berpakaian rapi dengan pakaian kesibukan mereka masing-masing.

"Rayna, kamu mau di antar sama Mama atau Ayah? Kebetulan hari ini Mama mau ke toko," tutur Sinta. Tentu saja Rayna tidak suka mendengar itu.

"Terserah," jawab Rayna singkat.

Mamanya yang sedang memasukan nasi ke piring Rara mengangguk. "Yaudah, kalo gitu kamu berangkat bareng Ayah kamu aja, ya?" Rayna hanya mengangguk mengiyakan.

Sinta lalu berucap kembali, "Oh iya, Rayna. Mama pasti sering pulang malam setelah ini, adik kamu juga pulang sekolah langsung ke toko Mama. Kamu kalo mau ke sana dateng aja ya setelah pulang sekolah, daripada kamu di rumah sendirian. Nanti Mama kirim alamatnya ke WA kamu."

"Rayna, mau di rumah aja, Ma. Lebih enak sepi," jawab Rayna. Sebenarnya ia tidak suka kesepian, tapi daripada harus ke toko mamanya, di sana juga Rayna tidak melakukan apapun, mamanya pun pasti sibuk dengan pekerjaan. Jadi Rayna lebih memilih di rumah sendirian.

"Yakin kamu mau di rumah aja?"

"Iya, Ma."

"Yaudah terserah kamu. Tapi nanti Mama tetep kirim alamatnya siapa tahu kamu mau ke sana."

Danu Ayah Rayna beranjak dari tempatnya duduk, lalu memakai jas hitam yang di letakan di belakang kursi. "Ayo, Rayna. Nanti kita telat," ajak Danu seraya berpamitan kepada istrinya. Rayna beranjak dari tempatnya duduk setelah meneguk habis susu yang sudah di siapkan Sinta. Ia lalu menyalami punggung tangan mamanya. "Rayna berangkat. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, ya!"

♡️♡️♡️

Selama di perjalanan tidak ada percakapan sedikitpun yang mereka bicarakan. Membuat suasana di dalam mobil hening, hanya mesin mobil yang memecah keheningan.

Entah kenapa Rayna jadi merasa canggung, padahal pria paruh baya di sampingnya ini adalah ayahnya sendiri. Mungkin karena Rayna belum bisa sepenuhnya menerima ayahnya kembali, rasa kecewa Rayna belum sepenuhnya hilang, jadilah keheningan dan kecanggungan ini tercipta.

Terkadang Rayna ingin seperti keluarga orang lain, yang terlihat begitu harmonis. Setiap anak perempuannya pasti selalu bangga memiliki Ayah yang bertanggung jawab dan tentunya sayang dengan mereka. Sedangkan Rayna, ayahnya sendiri justru mengecewakannya.

Rayna ingat betul ayahnya dulu lebih memilih wanita lain daripada keluarganya sendiri. Meninggalkan Rayna serta Mama dan adiknya begitu mudah. Padahal saat itu Rayna sedang membutuhkan dukungan ayahnya, saat Rayna jatuh sakit karena terlalu larut dalam kesedihan, sebab cowok yang begitu ia cintai pergi.



Ayahnya sama dengan cowok itu, sulit untuk Rayna terima dan lupakan rasa sakitnya. Pernah Rayna berpikir bahwa semua cowok itu sama saja, selalu menyakiti hati wanita. Ayahnya yang meninggalkan keluarga serta cowok itu yang meninggalkan Rayna tanpa alasan yang pasti, membuat Rayna semakin yakin bahwa cowok itu memang tidak pernah tulus.

Terlalu lama bergelut dalam lamunan, Rayna sampai tidak sadar bahwa mobil yang dikendarai ayahnya sudah sampai di depan gerbang sekolah SMA Tirtajaya Bangsa.

"Rayna, sudah sampai," ucap Danu menyadarkan Rayna dari lamunannya. Rayna melirik ke samping, gerbang sekolah itu terpampang jelas di depan sana.
Membuat Rayna ragu untuk menginjakan kaki.

"Mau Ayah antar ke dalam?" Tanya Danu karena melihat Rayna tidak juga turun. Rayna dengan cepat menggeleng.

"Gak usah, Rayna bisa sendiri."

"Yaudah, kamu sekolah yang bener, ya." Rayna tidak menggubris ucapan ayahnya itu, ia dengan cepat turun dari mobil meninggalkan ayahnya yang menggelengkan kepala tak habis pikir.

♡️♡️♡️

Maaf kalo ceritanya gak menarik. Dan terima kasih buat yang masih stay.❤️

See next chapters!!!

Salam dari Ranf^^

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang