||17. Hanya Kasih Sayang||

301 30 2
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Kasih sayang tidak akan pernah bisa digantikan dengan barang mewah ataupun uang. Karena kasih sayang itu sangat berharga, lebih dari apapun."

🌧️🌧️🌧️

Duduk bersisian di sofa rumah yang tidak pernah disinggahinya ini terasa sangat berbeda bagi Rayna. Sudah dua jam ia berada di sini, di ruangan yang bernuansa putih yang tak kalah mewah dengan rumah Sena yang pernah ia singgahi. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa ia akan mendatangi rumah Dio dengan Sena seperti sekarang. Ya, kali ini Rayna dan Sena tengah duduk manis di ruang tamu rumah Dio.

Sena yang meminta untuk menemaninya kemari, sebenarnya Rayna enggan karena merasa tidak enak jika nanti bertemu dengan Dio yang sudah ia kenal, tapi sedari tadi Rayna tidak merasa kehadiran Dio di rumah ini.

"Minum dulu, Rayn." Rayna dengan cepat menoleh ke arah Sena yang menyodorkan segelas sirup yang sudah disediakan oleh pembantu Dio tadi. Rayna meraihnya seraya tersenyum.

"Makasih."

Rayna meletakan kembali gelasnya ke atas meja setelah meminumnya beberapa tegukan, tak lama dari itu wanita cantik bak model-yang tadi menyambut kedatangan Rayna dan juga Sena-Ibu kandung dari Dio datang kembali sambil menenteng paper bag bermotif batik. Ia lalu duduk dihadapan Rayna dan juga Sena sambil meletakan paper bag yang dibawanya di samping sofa.

"Tante seneng kamu ke sini Sena, sudah lama kamu nggak ke sini, kan," tutur Hera-Ibu Dio.

"Iya Tante, Sena baru sempat ke sini soalnya lagi sibuk sama sekolah," ucap Sena menjelaskan.

"Ternyata kamu udah dewasa, ya. Udah bawa pacar sekarang, cantik lagi." Hera tersenyum ramah ke arah Rayna. Rayna dan juga Sena yang mendengar kejanggalan dari ucapan Hera dengan cepat menggeleng, tanda bahwa apa yang baru saja diucapkan Hera itu tidak benar.

"Nggak Tante," ucap Rayna dan Sena berbarengan. Hera terkekeh melihat tingkah mereka.

"Kalian cocok, lho."

Rayna tersenyum canggung, ia sudah menebak jika ke rumah orang berdua dengan Sena seperti ini pasti orang yang tidak tahu hubungannya dengan Sena akan mengira mereka ini pacaran padahal nyatanya tidak.

"Doain aja, Tan. Semoga jodoh." Dengan cepat Rayna memukul bahu Sena, merasa malu karena Sana mengucapkan hal seperti itu di depan tantenya.

"Intinya Tante doain yang terbaik buat kalian ya. Oh ya, ini pesanan Ibu kamu, Sen. Tante udah suruh Dio dari kemarin-kemarin buat anterin ini ke rumah, tapi dia nggak mau terus. Jadi kamu deh yang harus ke sini." Hera menyodorkan paper bag yang tadi dibawanya ke Sena, Sena dengan cepat mengambil. Alasannya kemari memang disuruh ibunya untuk mengambil pesanan baju yang ada di rumah tantenya.

"Terima kasih, Tante. Ngomong-ngomong Dio ke mana, Tan? Kok dari tadi nggak keliatan?" tanya Sena. Sedari tadi Rayna dan Sena memang tidak melihat keberadaan Dio di rumah ini. Hanya ada Hera dan juga pembantu.

"Biasa, dia latihan basket sama temen-temennya, kalo jam segini jarang ada di rumah," jawab Hera. Sena mengangguk.

"Kalo gitu salam aja buat Dio ya, Tan. Bilangin suruh main ke rumah, dia udah lama banget nggak ke rumah," pesan Sena. "Sena sama Rayna pamit pulang ya, Tan. Udah sore juga nggak enak bawa Rayna lama-lama." Sena beranjak dari duduknya disusul oleh Rayna. Hera juga ikut beranjak dari duduknya.

"Iya nanti Tante sampaikan ya, nanti kamu main lagi ke sini, Sen." Hera lalu menoleh ke arah Rayna. "Kamu juga Rayna, kapan-kapan main ke sini lagi ya, Tante bakalan seneng banget kalo kalian sering-sering ke sini," tutur Hera sambil menepuk pundak Rayna, mereka bertiga lalu berjalan menuju depan rumah setelah Sena mengambil paper bag yang tadi diberikan tantenya.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang