||20. Kebingungan yang Terjadi||

239 20 2
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Kau akan merasa sulit saat berada di tengah-tengah orang yang memiliki dua emosi yang berbeda. Kau tidak perlu memilih salah satunya, kau hanya perlu berada di antaranya."

🌧️🌧️🌧️

Ada yang berbeda rasanya saat kembali ke rumah Dio, Rayna bahkan lebih terlihat gugup saat Dio lah yang mengajaknya kemari, padahal seharusnya itu tidak terjadi karena ia tidak perlu merasa canggung seperti saat kemari bersama Sena.

"Assalamualaikum." Rayna dan Dio sudah ada di ruangan dengan nuansa putih saat ini, sangat elegan dan mewah tentu saja. "Duduk Rayn," titah Dio. Tapi sebelum Rayna duduk wanita bak model-ibunya Dio sudah datang menghampiri dengan raut wajah yang sumringah saat melihat kehadiran Rayna.

"Siang Tante," sapa Rayna seraya menyalami punggung tangan Hera.

"Akhirnya kamu kemari juga, Rayna." Hera memeluk tubuh Rayna sesaat lalu terlihat mencari-cari seseorang, "lho, Sena-nya kemana? Dia nggak ikut?" tanya Hera yang tidak melihat keberadaan Sena di sekitarnya.

"Nggak Tante, Rayna kesini sama Kak Dio."

"Tante baru tahu kalo kalian saling kenal, Tante tahunya kamu kemari sama Sena saat itu."

"Ma, udah dong jangan ngomongin Sena di sini, Rayna ke sininya sama aku bukan Sena." Raut wajah Dio merengut kesal, ia terlihat tidak suka mamanya itu membicarakan Sena yang jelas-jelas tidak ada. Hera menghembuskan napas lalu melirik ke arah Rayna di sampingnya.

"Ya sudah. Ayok, Rayna duduk, Tante buatkan minum dulu ya."

"Terimakasih Tante," ucap Rayna seraya tersenyum. Hera lalu kembali melangkah menuju dalam rumah sedangkan Rayna duduk di sofa yang ada di ruangan, di depan Dio yang masih berdiri.

"Bentar ya Rayn, gue ke kamar dulu," pamit Dio, Rayna mengangguk. Dio lalu melangkah menjauh, menaiki anak tangga menuju lantai atas.

Rayna masih duduk sendiri di sofa, mengamati ruangan yang terlihat masih sama dari beberapa hari yang lalu. Rumah yang terlalu besar dan mewah menurut Rayna, mengetahui di rumah ini hanya ada Dio beserta ibunya dan juga asisten rumah tangga. Tak lama suara dering ponsel membuat Rayna dengan cepat merogoh tas. Sedikit senyum tersungging saat melihat bahwa Sena-lah yang menelepon.

"Halo?" Sambungan telepon tersambung, terdengar suara bising yang dihasilkan dari motor di sebrang sana.

"Lo lagi dimana, Rayn?" tanya Sena langsung.

"Di rumah Kak Dio."

"Ha? Ngapain?"

"Kencan," jawab Rayna ngawur, ia terkekeh sendiri dengan ucapannya itu. Tentu saja itu tidak benar, dia kemari pun sebenarnya tidak tahu apa tujuannya.

"Oh." Cukup lama mereka diam tidak ada yang bersuara, di sebrang sana hening hanya terdengar hembusan napas yang terdengar begitu jelas.

"Kenapa?" tanya Rayna akhirnya.

"Nggak apa-apa. Ya udah kalo gitu gue tutup telponnya."

Tut.

Rayna mengernyit, ia menatap ponselnya bingung memastikan bahwa panggilan masih tersambung, tetapi nyatanya sambungan telepon sudah diputus secara sepihak.

"Jadi telepon gue cuman mau tanya lagi dimana? Aneh banget." Rayna menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Seharusnya ia tidak perlu heran dengan tingkah Sena, karena Sena memang seperti itu, seringkali membingungkan.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang