||41. Kesalahpahaman||

209 15 0
                                    

🌧🌧🌧

"Tidak ada yang bisa menjamin esok kau akan tetap dengannya. Terkadang takdir akan sebegitu lucu, hal yang kau yakini akan terus bersama pun akhirnya bisa patah juga."

🌧🌧🌧

Gavian melirik Sena dengan serius, sebelum akhirnya ia berkata, "Gue dijodohkan, Sen."

Sena mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menatap Gavian tercengang. Tapi Gavian di depannya tetap diam tidak melanjutkan kata-katanya lagi.

"Lo serius, Gav? Sama siapa?" tanya Sena pelan. Gavian tetap diam membuat Sena mendesah. "Tapi, Gav, ini zaman apa? Masih ada jodoh-jodohan?" Kali ini Gavian mengangkat bahunya.

Baru Sena sadari sekarang sahabatnya terlihat begitu murung dan itu jauh dari Gavian yang ia kenal. Pasti masalahnya ini memang begitu serius sampai ia banyak diam seperti itu, padahal saat Sena bercerita tadi Gavian tampak begitu antusias.

"Gue nggak tahu. Nyokap sama Bokap juga nggak paksa gue buat terima sebenarnya itu terserah gue. Tapi masalahnya ...." Gavian mendesah, "gue nggak mau buat orang tua gue kecewa, Sen. Walaupun pilihan ada di tangan gue tapi gue tahu mereka sangat mengharapkan gue terima. Dan gue benar-benar bingung." Sena memperhatikan Gavian yang menundukkan kepalanya, baru kali ini Sena melihat Gavian seperti ini.

"Kenapa nggak coba lo terima aja? Oke, mungkin masalahnya lo nggak suka sama ceweknnya, tapi bukannya perasaan bakal tumbuh kalo udah terbiasa? Lo juga nggak akan mengecewakan Nyokap sama Bokap lo. Mungkin mereka tahu kalo itu yang terbaik buat lo, Gav," tutur Sena.

Sebenarnya Sena juga bingung harus mengatakan apa, ia tidak terlalu mengerti dengan masalah seperti ini. Tapi ia tahu Gavian orang yang akan mengambil jalan apapun untuk membuat semuanya membaik, walaupun itu bukan hal yang ia inginkan. Gavian paling tidak senang berlama-lama dengan masalah.

"Jujur aja, perjodohan ini nggak ada masalahnya buat gue, fine-fine aja karena gue juga nggak terlalu ngerti tentang hubungan. Gue sangat ingin buat terima tawaran Nyokap sama Bokap. But, di sisi lain juga gue bakal buat orang lain kecewa," cicit Gavian. Ia memijat-mijat pelipis tampak sekali kegelisahan dalam dirinya.

Sena hanya memperhatikannya dengan tatapan takjub. Mungkin ia terdengar kurang ajar di saat kondisi sahabatnya seperti ini ia justru beranggapan seperti itu. Tapi Sena benar-benar takjub karena baru kali ini ia melihat seorang Gavian akan sebegitu resahnya hanya karena masalah perjodohan.

"Kalo nggak terima gue akan membuat orang tua gue kecewa walaupun gue nggak tahu pasti. Kalo gue terima justru orang lain yang akan kecewa, ditambah lagi cewek ini nggak suka sama gue bahkan mungkin dia benci. Dia cinta sama orang lain gue yakin itu. And it's not fair that I make him miserable again," ucap Gavian begitu pelan. Bahkan jika Sena tidak fokus memperhatikannya mungkin ia tidak akan mendengar ucapan terakhir Gavian.

Sena mengernyit. "Tunggu. What's wrong with, her? Lo ada masalah sama dia sebelumnya?" Gavian mengangguk mengiyakan.

"Masalah."

Sena tampak kebingungan. Rasanya tidak masuk akal jika Gavian sudah memiliki masalah lebih dulu dengan perempuan yang akan dijodohkan dengannya ini.

"Kalian saling kenal?" tanya Sena penasaran.

"Lebih dari kenal, Sen. Tapi itu nggak penting. Karena sekenal apapun kita tetap dua orang yang asing."

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang