||25. Malam yang Panjang||

215 13 2
                                    

🌧️🌧️🌧️

"Hati dan ucapan itu seringkali tak sinkron dengan perasaan."

🌧️🌧️🌧️

Mobil melaju dengan begitu tenang membelah malam, berisikan sepasang remaja yang baru saja keluar dari parkiran restoran terkenal di Bandung. Entah acara makan malam mereka bisa disebut dengan kencan atau hanya makan malam biasa. Pasalnya, dua orang remaja ini memang seringkali bersama, tetapi mereka tidak memiliki hubungan yang lebih jauh dari sekedar teman.

Rayna menyunggingkan senyum saat mengingat Sena meneleponnya beberapa waktu yang lalu, memintanya bersiap-siap karena ia akan mengajaknya makan bersama. Sekarang, di sini lah Rayna berada, duduk di bangku penumpang, di samping Sena yang tengah mengemudi. Sesekali telinganya mendengar lantunan liirk lagu yang keluar dari mulut Sena mengikuti alunan musik yang tengah menggema di dalam mobil.

"Sesuai janji, kita ke toko buku ya sekarang? Banyak banget rekomendasi buku yang mau gue kasih tahu ke lo, lo pasti suka," ucap Sena memecah keheningan. Rayna hanya mengangguk setuju untuk menjawab ucapan Sena.

"Lo nggak dimarahin Nyokap lo malem-malem keluar rumah kaya gini?" gurau Rayna seraya memperhatikan Sena yang justru terkekeh mendengar pertanyaannya.

"Ibu gue? Nggak lah, kebetulan mereka lagi nggak ada di rumah. Lagi pula gue udah izin dan nggak akan kena marah juga kalo gue cuman pergi ke toko buku. Ya, asal jangan pulang terlalu malam," jawab Sena menjelaskan, tanpa menoleh dan masih fokus dengan setirnya, "udah kaya gadis aja ya gue dilarang keluar rumah malem-malem." Rayna beserta Sena tertawa nyaring, mengalahkan suara musik yang mengalun lembut.

"Lo kan memang anak Mami!" Mereka kembali tertawa.

♡♡♡

Rayna dan juga Sena masih berada di dalam mobil, mereka berdua belum sampai di toko buku tujuan mereka karena jalanan yang padat oleh kendaraan pada malam Minggu ini. Sena memutuskan untuk memilih jalanan komplek menghindari kemacetan yang lumayan panjang, walaupun jalanan komplek terlihat begitu sepi, tetapi itu lebih baik daripada mereka harus terjebak macet berjam-jam.

Rayna memperhatikan jalanan di luar. Matanya memicing saat melihat seseorang yang begitu familiar tengah berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Rayna jelas mengenal cewek itu walaupun kepalanya tertunduk.

"Bang, itu bukannya Kak Fiona, ya?" Rayna menunjuk ke arah depan.

"Ha, Fiona? Mana?" Sena mengikuti arah tangan Rayna. Orang yang ia yakini Fiona sudah berbelok ke taman yang ada di komplek sana, begitu sepi sehingga kehadiran Fiona yang tengah duduk di kursi yang ada di taman itu sangat menonjol.

"Oh astaga, dia lagi ngapain?" Tentu saja Sena tidak mendapat jawaban, sebab Rayna pun tidak tahu.

"Turun dulu, Bang," titah Rayna. Sena menurut, ia memberhentikan mobilnya di samping taman itu dan bergegas turun menghampiri Fiona, Rayna pun dengan cepat mengikuti Sena dan berjalan di belakangnya.

"Fiona? Astaga, lo lagi ngapain?" Sena dengan cepat menghampiri Fiona dan duduk di sampingnya. Fiona menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, saat menyadari di sampingnya ada Sena ia langsung mengangkat wajahnya.

"Sena ...." Fiona menghambur ke dalam pelukan Sena. Rayna tahu ia memeluknya begitu erat, bahkan kali ini samar-samar Rayna mendengar isakan Fiona.

"Hey, ada apa, Fi?" Sena membalas pelukan itu, mengusap puncak kepala Fiona, menenangkannya.

Rayna hanya berdiri di depan mereka, memperhatikan Sena yang terlihat khawatir dan juga Fiona yang terlihat sangat kacau. Entah apa yang sudah terjadi pada cewek itu, tangisannya semakin terdengar kuat di pelukan Sena.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang