||53. I Know||

259 5 3
                                    

🌧🌧🌧

“Mungkin masa itu akan selalu ada, masa di mana orang yang kau pikir tidak akan pernah mengecewakanmu justru dialah yang paling hebat menyakitimu.”

🌧🌧🌧

Seorang petugas di UKS menghampiri Sena setelah ia selesai memeriksa keadaan Rayna membuat Sena yang tadinya tengah duduk segera berdiri tegak dan melangkah menghampiri.

“Gimana keadaan Rayna, Bu?” tanya Sena pelan dan penuh harap.

Petugas itu yang bernama Indri melepas stetoskop yang melingkar di lehernya dan manaruhnya di atas meja. “Tekanan darah Rayna sangat rendah sekali, sepertinya ia kelelahan. Ibu akan buat surat izin agar Rayna istirahat di rumah saja,” ujar petugas tersebut Sena mengangguk.

“Terima kasih, Bu.”

“Kalau begitu Ibu pergi dulu, ya. Rayna sebentar lagi juga siuman kamu tunggu dia dulu bisa?” Sena kembali mengangguk mengiyakan.

Petugas UKS itu lalu pergi keluar sedangkan Sena melangkah pelan menuju brankar. Ia berdiri di sana cukup lama mengamati Rayna dalam diam dengan perasaan yang sulit diartikan. Sena meraih kursi di dekatnya lalu duduk, menghela napas panjang merasakan dadanya yang berdenyut ketika mengamati Rayna yang terpejam dan tampak begitu kelelahan.

Sena sebenarnya masih diliputi rasa penyesalan yang amat besar karena ia telah membuat Rayna menangis di roftoop sekolah tadi. Tidak bisa dipungkiri betapa kalutnya ia saat melihat gadis di depannya menangis karenanya apalagi Rayna terlihat begitu marah.

Mungkin semua ucapannya tadi tidak lah benar, tetapi Sena harus tetap memyembunyikannya, bukan? Menyembunyikan semua rasa pedulinya karena ia sengaja ingin menunjukan itu. Namun, sekarang ia tidak bisa berbohong bahwa hatinya terluka karena telah membuat Rayna kecewa, sampai ia berbaring di brankar seperti ini itu pasti karena sikap Sena yang sudah amat keterlaluan.

Sena mendesah, menunduk, lalu kembali mengamati Rayna dengan frustasi. Ingin sekali ia menarik kembali ucapannya tadi sehingga ia tidak harus mendengar ucapan Rayna yang katanya ingin meninggalkannya. Sena tidak ingin ucapan itu keluar dari mulut Rayna apalagi sampai Rayna membuktikannya. Sena tidak ingin gadis di depannya pergi dari hidupnya, tetapi ia sudah terlanjur membuat Rayna melakukan hal itu dan ia tidak bisa menghentikannya.

Seharusnya gue nggak melakukan ini, kan, Rayn?

Sena kembali mengamati Rayna dengan pilu. Ia ingat betul apa yang membuat hubungannya menjadi seperti ini. Memang benar ia menjauh, menghindar, mencoba untuk tidak peduli tentu saja semua itu ada alasannya. Ia kecewa amat-amat kecewa sehingga ia memilih untuk menjauh. Ia cemburu dan iri karena ternyata Rayna tidak pernah menganggapnya ada selama ini.

♡♡♡

Beberapa minggu yang lalu—tepatnya saat Dio ulang tahun—Sena pergi ke rumah Rayna karena sudah empat hari ia tidak bertemu dengannya. Saat itu ia tengah disibukan dengan kegiatan kunjungan bersama anak-anak OSIS jadi ia tidak pernah bertemu dengan Rayna di sekolah maupun di tempat lain bahkan untuk menghubunginya saja Sena tidak pernah sempat.

Maka dari itu saat hari Kamis—tepat pada saat Dio ulang tahun—Sena memilih untuk ke rumah Rayna setelah sepulang sekolah. Ia sengaja tidak memilih mememui Rayna di sekolah atau mengajaknya pulang bersama karena ia ingin menemuinya secara langsung di rumahnya dan memiliki banyak waktu untuk itu. Sena amat begitu merindukan Rayna sampai ia begitu semangat saat mengendarai motornya.

Namun, saat ia sampai di rumah Rayna di sana sudah ada Dio yang juga masih mengenakan seragam sekolah bersama Rayna yang tengah memberikan kue ulang tahun kepadanya, mengucapkan selamat, memberi kado persis seperti yang Rayna lakukan padanya empat hari yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang