||28. Masalah Baru||

189 14 0
                                        

🌧️🌧️🌧️

"Mungkin akan sulit ketika kita menyembunyikan sesuatu, di depan orang yang selalu ingin tahu. Rahasia. Sedalam-dalamnya kau menyimpan, akan tercium juga ke permukaan."

🌧️🌧️🌧️

Hari sudah sangat sore saat Sena mengantarkan Rayna ke rumahnya. Rayna turun dari motor dengan keadaan basah kuyup begitupun Sena. Ia melirik teras melewati pagar rumah, di sana sudah ada mobil ayahnya yang terparkir, itu berarti ayahnya sudah ada di rumah. Rayna menggigit bibirnya, bukan karena kedinginan, melainkan karena takut.

"Biar gue antar lo ke dalam," ucap Sena seperti menangkap ketakutan di wajah Rayna. Rayna langsung berbalik mendengar itu. Ia dengan cepat menahan Sena yang akan turun dari atas motornya.

"Jangan. Mending lo balik aja sana, nggak apa-apa gue bisa masuk sendiri, kok," pinta Rayna, ia kembali melirik sekilas ke arah rumahnya lalu tersenyum kaku ke arah Sena.

"Jelas-jelas lo ketakutan gitu. Ayah lo udah balik, jadi biarin gue antar lo ke dalam. Cuma mastiin aja kalo lo nggak akan diapa-apain lagi sama dia," sungut Sena sambil ikut melirik ke arah rumah. Ingin rasanya Rayna memukul Sena sekarang juga. Kenapa ia keras kepala sekali? Apa untungnya dia mengantar Rayna ke dalam?

"Diapa-apain apa, si, Bang? Nggak akan, kok, lo negatif terus pikirannya," balas Rayna menatap Sena enggan, sedangkan Sena diam sambil menunjukkan wajah jengkel.

Rayna tidak mungkin membiarkan Sena masuk ke rumah dan bertemu dengan ayahnya. Rayna sudah yakin semuanya pasti akan semakin kacau jika itu terjadi. Rayna kembali melirik Sena sambil mendengus. "Udah gue bilang lo balik aja. Bodo, gue masuk, ya. Lo hati-hati di jalan." Rayna langsung melesat pergi meninggalkan Sena yang masih bergeming, ia membuka pagar rumahnya lalu masuk dengan cepat.

Saat sudah sampai teras, Rayna kembali menoleh ke belakang dan melihat Sena masih memperhatikannya, Rayna menggerakkan tangan ke depan ke belakang menyuruh Sena untuk segera pergi.

Jika ia tidak masuk ke dalam rumah lebih dulu, Sena pasti akan bersikeras mengantarnya ke dalam, dan Rayna tidak ingin itu terjadi. Rayna takut ayahnya akan membahas masalah semalam di depan Sena, yang jelas-jelas tidak tahu sebab akibatnya.

Sena tidak tahu bahwa ia pulang larut malam, Sena tidak tahu bahwa semalam ia bersama Dio, dan Sena tidak tahu ia dihukum karena hal itu. Yang Sena tahu ia pulang setelah Sena mengantar Fiona pulang. Walaupun ia takut bertemu ayahnya yang sudah dipastikan marah karena melihatnya terbebas, Rayna lebih takut jika Sena tahu hal itu. Ia tidak mau membuat Sena merasa khawatir, lebih-lebih kecewa padanya.

Rayna berdiri di depan pintu rumah yang terbuka, ia menarik napas perlahan dan memberanikan diri untuk masuk. Apapun yang terjadi nanti, Rayna sudah siap menghadapi itu semua. Rayna masuk ke dalam rumah, saat sudah sampai di ruang keluarga, langkahnya terhenti karena Danu menghadangnya. Rayna melihat sepatu yang mengkilap di depannya, seakan tidak memberinya jalan untuk melarikan diri.

Rayna gemetaran, dengan perlahan ia mendongak dan langsung dihadiahi tatapan tajam Danu. Rayna menelan ludahnya dengan susah payah. Kenapa saat seperti ini ia jadi tidak berdaya?

"Siapa yang menyuruh kamu untuk ke luar dari sana?" tanya Danu dingin. Rayna kembali menunduk sambil memainkan tangannya kaku. Ternyata kejadian semalam membuatnya trauma, tentu saja karena ia tidak pernah melihat ayahnya semarah dan sekasar itu. Rayna merasa takut hal sama akan terulang kembali.

"Siapa?!" Rayna terkejut saat ayahnya tiba-tiba mencengkram tangannya, lalu mengguncang-guncangnya dengan kuat, Rayna meringis sambil mencoba membuka cengkraman itu, namun nihil. "Nggak suka kamu dihukum kaya gitu? Sudah kapok, atau berani ngulangin lagi? Nggak tahu malu banget kamu, ya, sudah berbuat salah tapi tidak mau dihukum!" Danu menarik Rayna mendekat, Rayna sudah memejamkam matanya ketakutan. "Dengar Rayna. Saya nggak pernah main-main untuk menghukum kamu. Jadi jangan sekali-kali kamu membangkang perintah saya." Ratna melihat tangan Danu sudah teracung ke atas. Rayna reflek memejamkan matanya kembali saat tangan itu siap untuk menamparnya lagi.

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang