||49. Taman Bermain||

172 10 4
                                    

🌧🌧🌧

"Banyak sesuatu bermula dari hal-hal sederhana."

🌧🌧🌧

"Kita ke mana, ya, kira-kira?" teriak Sena menoleh sesaat ke arah Rayna untuk meminta pendapatnya lalu kembali memfokuskan pandangan ke depan. Rayna berpikir sejenak, ia tersenyum sumringah saat ide bagus muncul di benaknya. Rayna mencondongkan badan ke depan untuk berbicara kepada Sena.

"Gue tahu harus ke mana, tapi sebelumnya mampir ke mini market dulu, ya?" pinta Rayna, Sena hanya mengangguk menyetujui. Tak lama dari itu ia lalu menghentikan motornya tepat di depan mini market sesuai permintaan Rayna. Rayna turun dari motor, melepas helm, dan memberikannya kepada Sena. "Lo tunggu di sini sebentar, ada yang mau gue beli dulu."

"Oke."

Rayna masuk ke dalam mini market dan langsung menuju ke jajaran kudapan manis. Tanpa buang-buang waktu lama ia langsung mengambil satu kotak cokelat dan berjalan menuju kasir sambil tersenyum senang. Ia memiliki rencana kali ini, yang semoga saja bisa mengembalikan mood Sena yang sedang berantakan.

Rayna tidak ingin melihat Sena terlalu banyak diam. Walaupun sekali lagi Rayna sama sekali tidak melihat kegelisahan di wajah Sena, tetapi ia tahu Sena pasti sengaja menyembunyikannya, pasti ada kesedihan yang sengaja Sena simpan. Ini hari jadi Sena dan ia ingin melihat Sena bahagia, maka dari itu Rayna membuat rencana ini. Bukan rencana sebenarnya, hanya saja ia memiliki sesuatu yang sepertinya akan membuat Sena bahagia.

Rayna meletakkan belanjaannya di atas meja kasir lalu membayarnya. Ia tersenyum sesaat dan mengucapkan terima kasih kepada perempuan penjaga kasir yang juga tersenyum ramah kepada pelanggannya. Rayna berjalan kembali keluar dan menghampiri Sena yang langsung menoleh melihatnya.

"Udah?" Rayna mengangguk sambil menerima helm yang disodorkan Sena.

"Tolong pegangin bentar, dong." Sena meraih kantung plastik di tangan Rayna. Mengintip isinya selama Rayna memakai helm.

"Lo buat apa beli cokelat sebanyak ini, Rayn?" Rayna yang mendapati pertanyaan itu tersenyum sekilas.

"Buat menjemput kebahagiaan," jawabnya.

"Ha?" Rayna kembali menoleh ke arah Sena yang mengernyitkan dahinya, ia tidak menjelaskan apa pun dan Sena juga tidak bertanya lebih lanjut. "Terus sekarang kita mau ke mana?"

"Ke suatu tempat. Tapi, boleh nggak kalo gue yang bawa Beo?" tanya Rayna hati-hati, meminta izin mengendarai motor Sena untuk menuju tempat yang ia maksud.

Sena refleks tertawa dengan permintaan Rayna. "Memang lo bisa?"

Rayna mendengus, "Lo meragukan gue?"

Sekali lagi Sena tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Bukan meragukan, cuma tanya aja."

"Gue bisa, gue janji nggak akan buat Beo lo lecet. Gue mau nunjukin lo suatu tempat, jadi gue pengin gue aja yang bawa Beo." Sena mengangguk-angguk sambil mengerling jahil, ia lalu melemparkan kunci motornya yang langsung ditangkap Rayna dengan sigap.

"Oke, Nona, mari kita lihat ke mana Anda akan membawa saya pergi." Sena bangkit dari motornya, sedangkan Rayna sudah tertawa mendengar ucapan Sena barusan. Ia menaiki motor Sena dengan senyum sumringah, menyalakan motornya begitu antusias, sedangkan Sena sendiri duduk di boncengan.

"Udah siap?" tanya Rayna.

"Let's go!" teriak Sena sambil meninju kepalan tangannya ke atas. Rayna langsung saja menjalankan motor Sena dengan kecepatan normal, membuat Sena di belakangnya tak henti tersenyum dengan tingkah Rayna yang selalu saja bisa membuatnya terpana. "Lo beneran tahu nggak, nih, tempatnya? Nanti nyasar lagi."

UnforgettableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang