Flashback

872 110 4
                                    

Ulangi
Kejadian bodoh yang sama berkali-kali
Kau sudah jatuh,
Jangan biarkan mereka menindas mu juga
Tuhan memberikan mu akal untuk berpikir
Tenaga untuk bergerak
Tangan serta kaki untuk menolak
Lawan!
Jangan hanya diam ketika mereka menginjak mu
Ambil kapas dan sumpal otak mereka dengan itu
Mengerti maksudku?

_Arcanus_

______

"PAPA!" Teriak gadis itu berlari menghampiri sang papa.

Ketiganya menoleh serempak dan menemukan Zefa dengan penampilan lusuhnya. Rambut tergerai berantakan, kaki kotor bercampur lumpur, serta dress selutut yang dikenakannya pun berlumuran darah. Mereka semua terkejut mendapati kondisi gadis itu. Refleks Reno berdiri dari kursinya dengan raut cemas yang terpatri.

Zefa berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Reno dengan raut wajah yang sumringah. Seakan dia baru saja pulang dari wahana bermain. Tapi, dalam kategori ekstrim.

"Kamu kenapa?" Reno memegang kedua sisi wajah Zefa yang tekena noda lumpur bercampur darah. Segera, pria paruh baya itu menyeka kotoran yang menempel di muka sang putri dengan tangannya. Terlihat bagaimana gadis itu masih bisa mengusung senyumnya yang manis di saat semua orang mengkhawatirkannya.

Tak lama setelahnya, Bara menyusul Zefa dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dari gadis itu. Pakaiannya sama lusuhnya dengan Zefa, namun tak ada noda darah di tubuhnya kecuali lumpur.

BRAKK

Sontak semuanya mengalihkan pandangan pada Algio yang menggebrak meja dengan raut murka.
Danu hanya bisa terdiam melihat semua adegan di depannya ini. Dia juga sama terkejutnya dengan yang lain. Saat semua sedang membahas Zefa, gadis itu malah datang dengan keriuhan.

"Ada apa ini?" Tanya Mia yang mendengar keributan. "Astaghfirullah," gumamnya ketika menyadari apa yang terjadi di sana.

Mia berlari untuk melihat kegaduhan yang tercipta di ruang makan. Matanya membulat sempurna saat mendapati kondisi Zefa yang seperti itu. Segera, wanita paruh baya itu menghampiri sang putri.

"Kamu kenapa, sayang?" Paniknya mengecek penampilan Zefa. Mia meraba setiap inci diwajah gadis itu, menyeka sisa lumpur dengan tangannya seperti yang dilakukan oleh Reno tadi.

"Bawa Zefa keatas," Titah Reno, tanpa pikir panjang Mia langsung membawa putrinya pergi ke kamar.

"Berapa kali gue bilang, jangan libatin Zefa!" Murka Algio menarik kerah baju milik Bara. "Apa perlu gue potong telinga Lo yang gak guna itu, hah?!" Lanjutnya kemudian melepaskan cengkraman pada kerah baju milik Bara dengan kasar, membuat cowok itu sedikit terhantuk kursi yang ada di belakangnya.

"Aw!" Bara meringis kecil sambil mengelus bagian yang terpentok kursi, berpura-pura sakit padahal tak terasa sama sekali.

Algio benar-benar kalap dengan kelakuan bocah itu.

"Eh ada panu. Udah lama? Udah makan?" Bara malah masih sempat-sempatnya menyapa Danu yang sedari tadi diam. Ia sengaja membuat lelucon garing dengan melenceng kan nama Danu menjadi panu untuk memancing emosi Algio.

"BARA!" Dan berhasil, umpan dimakan. Bara tersenyum puas dengan ulahnya. "Jangan sampai garpu ini tertancap di leher lo!" Ancam Algio memperlihatkan garpu di genggamannya.

Danu menelan ludah dengan kasar menyaksikan adegan dihadapannya. Algio lebih menyeramkan ketika marah. Setiap kata-kata yang dia lontarkan terdengar begitu mengerikan. Tapi itu tentunya tak berlaku untuk Bara yang malah dengan santainya meraih roti sandwich diatas meja kemudian melahapnya. Reno hanya tersenyum geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah anaknya satu itu.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang