Trouble

925 122 15
                                    

Tidak berguna!
Mereka menyebutku seperti itu
Lantaran aku yang tidak punya banyak keahlian
Mereka selalu membandingkan ku
Hei, semua orang punya potensi
Aku bukannya tidak berguna
Mereka saja yang obsesi soal diriku
Sibuk sekali dengan hidupku
Tuhan memberiku apa yang aku butuhkan
Bukan apa yang kalian butuhkan dari ku
Enak saja,
Kau pikir hidupku untuk menyenangkan mu
Dasar rakus!
Tidak pernah puas dengan hasil mu
Malah berniat membebankan ku
Cih!

_Arcanus_

___

Membelah malam yang mencekam, Edo memacu kuda besinya bak orang kesetanan. Napasnya memburu diselimuti ketakutan yang kentara. Ia benci, lagi-lagi Tuhan menjadikannya sebagai saksi atas tindak kejahatan yang malah mengincar nyawanya.

Niat awal mengakhiri drama permusuhan antara dirinya dan Danu, kini membawanya ke ujung jurang kematian. Melihat seseorang yang kita kenal menghabisi nyawa orang yang juga kita kenal, bagaimana perasaan mu jika berada diposisi Edo yang tak tahu menahu sama sekali?

Edo melihat semuanya, berulang kali ia coba menyangkal apa yang dilihatnya itu tidak benar, namun adegan sadis itu terus berputar dalam otaknya. Menyaksikan betapa sadisnya orang itu membelah dada korbannya yang tak berdaya. Orang itu, orang yang Edo kenal. Edo benci mengetahui fakta tersebut. Ternyata selama ini dia hidup berdampingan dengan seorang pembunuh berdarah dingin. Sial sekali dirinya!

Edo mencoba melihat lebih dekat untuk memastikan perkiraannya itu benar atau salah. Setelah menemukan jawaban, Edo lantas bergegas meninggalkan tempat kejadian. Namun sayang, pembunuh itu sudah lebih dulu mengetahui keberadaan Edo.

"Yakin mau pergi, nggak mau join?" Orang itu berucap tanpa menoleh pada Edo yang sedang bersembunyi. Instingnya kuat kalau orang tersebut mengetahui keberadaannya.

Napas Edo tercekat kala mendengar suara yang sangat familiar itu. Tidak salah lagi, dialah orangnya. Tanpa menoleh ke arah Edo, pembunuh itu berbicara sambil asyik memainkan pisau yang sudah bersimbah darah ke dalam rongga dada korbannya yang sudah tak bernyawa. Tubuh Edo rasanya mati rasa karena kengeriannya.

Sadar nyawanya kini dalam bahaya, Edo lantas bergegas pergi dari sana secepat mungkin dengan membawa motornya kalut serta perasaan berkecamuk. Antara tidak percaya, takut, dan sedih, bercampur jadi satu. Jadi, orang itu yang selama ini membahayakan nyawanya. Orang yang menjadi teror bagi dia dan teman-temannya. Pantas saja semua rahasia dan rencana mereka diketahui dengan mudah. Rupanya_

Ditikungan jalan, Edo terkesiap saat menyadari ada dua orang tengah berdiri dan tiba-tiba menghadangnya. Tak bisa mengendalikan dirinya akibat terkejut, alhasil demi menghindari tabrakan ia pun langsung membanting setir ke sebelah kanan. Yang mana dibawahnya sudah ada jurang dengan tebing yang teramat curam siap menyambutnya. Edo terhempas bersamaan dengan motornya yang melaju tak tentu arah sebelum akhirnya tubuhnya pun mendarat kencang usai terbentur pagar beton pembatas jalan.

Terlihat bagaimana motor yang tadi dikendarainya akhirnya terlempar keluar pembatas dan terperosok ke dalam jurang sana. Antara bersyukur dan tidak, Edo terlihat hampir kehilangan kesadarannya. Masih dengan ketakutan, Edo berupaya mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk pergi dari sana. Apalagi saat ini dia melihat dua orang tadi seperti sedang berjalan mendekatinya. Karena  jika bisa memilih, ia lebih baik mati jatuh ke dalam jurang daripada harus mati ditangan seorang pembunuh.

"Ja_jangan bunuh gue" mata Edo menangkap siluet sosok yang mengakibatkan kecelakaannya.

Dua orang, atau mungkin lebih tepatnya satu orang dengan satu mayat yang diseret!. Mata Edo terbelalak kala sosok itu kian mendekat, dan nampak jelas juga dengan entengnya sosok tersebut menyeret tubuh seseorang yang sudah tak bernyawa itu bak karung beras. Edo yakin, itu pasti pembunuh yang tadi. Dia mengejarnya dengan secepat kilat. Celaka, dia pasti akan membunuh Edo karena sudah menjadi saksi mata atas kejahatannya.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang