Entah

1.9K 220 9
                                    

Jilat ludah sendiri jijik,
lebih jijik lihat muka Lo!

___

Tok, tok, tok

"Assalamualaikum," sapa seseorang dari luar sembari mengetuk pintu pelan.

"Waalaikumussalam"  jawab bik Ina setelah membukakan pintu. "Nyari siapa, Den?" Tanyanya ramah pada pemuda tampan yang berdiri di depannya.

"Saya temannya Zefa," ucapnya memperkenalkan diri dengan sopan seraya menjabat tangan wanita paruh baya tersebut.

"Siapa?" Sahut suara bariton dari dalam menginterupsi mereka. Mendengar suara tuannya yang akan mendekat, bik Ina langsung pamit ke belakang meninggalkan pemuda tadi dengan raut kebingungan.

"Saya Danu, om," ucapnya mengulas senyum kikuk agak segan. Apalagi aura pria dihadapannya ini begitu tegas dengan ekspresi datarnya.

"Ada perlu apa?" Tanya Reno to the point.

"Saya mau ketemu Zefa, om," jawabnya kaku mendapat respon cuek dari papanya Zefa.

Sejenak, Reno menatapnya penuh selidik sebelum akhirnya menganggukkan kepala singkat. "Masuk," titahnya kemudian berjalan ke dalam sementara Danu mengekori Reno dari belakang.

Bukannya mengajak ke ruang tamu, Reno justru menyuruh Danu masuk ke ruang kerjanya tapi anak itu tetap tidak berani protes.
Cukup lama, Reno hanya menatap Danu dengan sorot tajam hingga membuat cowok itu terdiam tak berkutik. Tatapan Reno lebih menusuk dari Algio, seperti pisau yang siap membunuh apapun yang ada di depannya. Tak biasanya Danu setegang ini menghadapi lawan bicara, tapi aura Reno benar-benar membuat pasokan oksigen diruangan itu menipis.

Bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya berada disebuah ruangan asing dengan ditemani seseorang yang baru kalian kenal. Ekspresi dingin dengan sorot penuh intimidasi seakan memojokkan lawan bicara bahkan sebelum percakapan dimulai. Ini adalah situasi baru untuk Danu.

"Saya punya tugas buat kamu," Reno memulai obrolan yang langsung disambar kebingungan oleh cowok itu.

"Tugas apa, om?" tanya Danu penasaran. Baru saja berkunjung tiba-tiba langsung ditawari tugas. Normalnya, tamu disuguhi makanan dan minuman, tetapi ini malah diberi teka-teki batin.

Reno nampak sangat berwibawa duduk di kursi kerjanya. "Saya tahu latar belakang mu, keluarga, sahabat, dan bahkan teman kecil mu," tuturnya seakan mengancam.

Mendengar itu, Danu yang semula hanya mendengarkan pun mulai terpancing. Apalagi kata yang menyangkut teman kecilnya, sangat sedih jika disinggung soal itu.

"Langsung ke intinya aja om," ujar Danu tak sabaran mendengar kelanjutan ucapannya sambil berusaha menahan emosinya.

Seringai tipis mewarnai wajah pria itu. Dia berhasil menemukan titik lemah anak ini dan itu artinya semua akan berjalan lancar. "Saya bantu kamu pecahkan misteri itu dengan satu syarat, kamu harus bisa memastikan keselamatan putri saya," ujarnya memaparkan apa yang dia maksudkan.

"Maksud om?" Danu tak mengerti.

Reno tak langsung menjawab, dia lantas berdiri dari duduknya. "Jaga Zefa! Saya percayakan putri saya ke kamu," ucapnya singkat kemudian pergi meninggalkan Danu sendirian di ruang kerjanya.

Bingung. Tentu saja Danu sangat kebingungan dengan semua itu. Banyak pertanyaan yang ingin Danu suarakan kepada pria paruh baya tadi. Mengapa harus dirinya? Apa tujuannya menyerahkan kewajiban itu kepada Danu?  Dan, menjaga Zefa? Memangnya apa yang akan terjadi pada gadis itu sehingga harus dijaga ketat? Tapi, Reno malah setengah-setengah menjelaskannya dan itu menimbulkan kecurigaan besar terhadapnya.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang