Teman

993 114 0
                                    

Kenali teman, kenali lawan
Modal kasih tak bisa jadi jaminan
untuk berkawan baik
Bahkan lawan pun
kadang berasal dari teman main

Wajah boleh tersenyum,
Tapi isi hati siapa yang tahu
Penyerang and tidak pernah memberikan aba-aba kala menghunus jantung musuhnya


_Arcanus_



______

Seisi kelas yang semula hening mendadak heboh dengan kehadiran Zefa. Seperti biasanya, gadis itu akan selalu membuat gaduh karena tingkah konyolnya yang mampu membuat orang-orang tepok jidat. Dia suka menciptakan kericuhan hingga berujung perdebatan tak berarti. Mulanya, ia datang dengan keadaan yang bisa dibilang berantakan. Baju yang lusuh dan rambut acak-acakan, serta kondisi muka seperti orang panik.


"Lu kenapa, neng?" Heran Edo melihat Zefa berlari dan masuk ke dalam kolong meja dengan tergesa-gesa seperti habis dikejar hantu.

"Sssttttt,,,, diem," jawabnya berbisik pelan sembari melotot garang.

Tak hanya Edo, bahkan teman-temannya yang lain pun ikut kebingungan melihat ekspresi gadis itu.

"Anak-anak, apa kalian melihat Hanindita Zefana?" Tanya pak Sucipto.

Seisi kelas mengalihkan pandangannya pada seorang guru yang bertubuh gempal itu. Terlihat pak Sucipto juga ngos-ngosan. Bisa ditebak kalau pria itu yang menjadi alasan mengapa Zefa bersembunyi di bawah kolong meja. Pasti gadis itu berulah dan pak Sucipto yang menjadi korban kenakalannya kali ini.

"Iya pak, Aw!"

Kalimat Arion berganti dengan jerit tertahan. Cowok itu menarik tangannya yang tadi digigit oleh Zefa. Dia menelan ludah dengan susah payah setelah mendapat sorot ancaman dari gadis itu.

"Dimana dia, Arion?" Pak Sucipto mendesak.

"Anu, pak," Arion menggaruk tengkuknya kaku, ketika melihat tatapan tajam Zefa seolah mengisyaratkan kalau ia akan melahap Arion hidup-hidup jika berani membuka mulutnya.

"Do, bantuin," bisik Arion kali ini menyenggol lengan Edo yang langsung dibalas gelengan. Tentu saja Edo tidak mau dibawa-bawa kalau soal yang berurusan dengan guru satu itu.

"Jangan coba-coba berbohong dengan saya Arion!" peringat pak Sucipto seakan tahu gelagat muridnya.

Arion menggerutu dalam hati sembari memikirkan jawabannya. "Itu tadi saya melihatnya di pintu gerbang sebelum masuk kelas, pak." Arion berujar gelagapan.

"Saya tanya sekarang, bukan tadi!" bentak pak Sucipto garang semakin menciutkan nyali Arion.

"Kalau sekarang saya gak tau pak,"

"Baiklah, awas kamu kalau ketahuan berbohong. Kamu nanti yang saya hukum," ancaman legend sudah keluar, Arion hanya bisa mengangguk kaku.

"Huft, Selamet." Zefa akhirnya bisa bernapas legah setelah pak Suyatno pergi meninggalkan kelasnya. "Makasih." ucapnya tak ikhlas, mendelik tajam ke arah Arion.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang