sebab

872 121 0
                                    

Hidup punya tujuan
Dan tujuan hidupku
mencari alasan akan kematian ku kelak

_H.Z.N_


___

Berulang kali Zefa menghembuskan nafas panjangnya. Moodnya hari ini sangat-sangat buruk. Semuanya terjadi bertubi-tubi. Kesialan yang tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja bahkan nyaris membuat dia kehilangan nyawanya. Rasa cemas terus saja menghantui aktivitasnya ketika berada diluar ruangan. Konsentrasinya saat kegiatan belajar berlangsung juga terpecah belah.

Saat kekhawatiran menyerangnya, sial, semua orang seakan ikut menjauh. Hari juga Danu yang biasa menemaninya mendadak bersikap aneh. Cowok itu sibuk bersama Nindi dan dalam sekejap melupakan Zefa. Memangnya siapa sih Nindi itu? Begitu mudahnya dia merampas Danu dari Zefa. Kata Algio, Zefa dan Nindi teman lama, tapi kenapa dia samasekali tidak mengingat kejadian apapun tentang kenangan yang dimaksud? Apakah Algio coba membohonginya? Tapi, untuk apa? Lagi pula kenapa juga harus melakukan semua itu.

Zefa tidak bisa memahami apapun karena semakin dia coba memutar ulang memorinya tentang Nindi, kepalanya akan terasa pening. Gadis itu juga merasa aneh pada tubuhnya yang akhir-akhir ini mudah sekali lelah. Matanya pun terlihat berkunang-kunang untuk beberapa waktu tak menentu.

Hari ini di sekolah juga pikirannya sangat kacau. Beruntung, masih ada Gamma, Edo, dan Arion yang senantiasa menemaninya. Zefa masih sangat kesal pada Danu. Bisa-bisanya dia bersikap pilih kasih seperti itu kepada teman barunya. Suasana hatinya tambah buruk, apalagi setelah mendapat pesan singkat dari Algio. Abangnya itu mengatakan kalau dirinya sudah pulang duluan karena ada hal mendadak yang harus diurusnya. Sontak itu membuat Zefa kesal. Mana dia tidak membawa uang lebih untuk naik transportasi. Algio memang tega! Tidak tahu apa, kalau Zefa masih trauma ditinggal sendirian.

"Sepenting apa sih urusan abang?" dumelnya sembari menunggu seseorang ditempat parkiran. Zefa langsung berdiri saat melihat kedatangan orang yang ditunggunya di ujung sana.

"Gue nebeng sama lo ya," pintanya pada orang itu, yang tak lain adalah Danu.

Hanya laki-laki itulah harapan satu-satunya untuk Zefa agar bisa pulang tanpa jalan kaki. Dikarenakan juga biasanya Danu mau mengantarnya, bahkan tanpa diminta. Lagipula kedekatan cowok itu dengan keluarganya juga sudah terjalin.

"Duh, sorry Zef. Gue udah janjian pulang sama Nindi," tolak Danu merasa tak enak dengan raut bersalahnya.

Gadis itu terlihat membuang napas berat. "Hm, ya udah deh nggak apa-apa." Lesunya.

"Sorry ya Zef." Sesal Danu benar-benar tidak tega. "Gini aja, Lo bareng sama Gamma. Kebetulan dia juga belum pulang, tuh." Dia menunjuk Gamma yang kini masih terlihat berbincang di lorong kelas bersama Edo.

Zefa menggeleng cepat. "Enggak usah. Gue pesen ojol aja. Lagian Gamma pasti bareng Edo." tolaknya.

"Hai, Zefa! Hai, Danu!" sapa Nindi yang baru saja datang.

Senyum ceria terus terpatri diwajah cewek itu. Zefa yang melihatnya hanya bisa mengusung senyum tipis sebagai balasan. Ada rasa tak suka tiba-tiba muncul karena hal tersebut. Namun, Zefa sadar kalau dia tidak punya hak apapun untuk mengatur kehidupan Danu. Lebih baik sekarang dia pergi daripada harus menahan kekesalannya.

"Gue duluan yah," pamit Zefa langsung meninggalkan mereka berdua tanpa menunggu kelanjutan ucapan dari siapapun.

"Kenapa?" Tanya Nindi penasaran melihat Danu terus memandangi Zefa sampai gadis itu benar-benar menghilang dibalik pintu gerbang sekolah.

Danu mengalihkan pandangannya. "Gak apa-apa." Sanggahnya. "Jadi pergi?"

"Iya, ayok," Nindi terlihat sangat bersemangat.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang