Papa

2.3K 242 9
                                    

Aku ingin jadi kulit,
yang setia melindungi organ dalam tubuh dari dunia luar meski seringkali terbakar.

_D.E.N_

_

_____________________________


Setelah kejadian barusan, Algio langsung bergegas membawa Zefa pulang ke rumah. Firasatnya tidak enak, sepertinya ke khawatiran yang selama ini ia takutkan akan benar-benar terjadi. Dia tidak akan membiarkan orang-orang tersebut mengacaukan apa yang selama ini dia lakukan untuk melindungi sang adik. Tidak peduli meskipun nyawanya sekalipun yang terancam, dia akan tetap pasang badan untuk Zefa.

Sementara di sekolah, usai kepergian Algio dan Zefa, Danu lantas bergegas pergi mencari orang yang ditunjuk Zefa tadi. Tidak perlu bertanya siapa, toh dia juga melihat wajah jelas wajah orang tersebut. Dengan amarahnya, diikuti Gamma, Edo, dan Arion, Danu bergerak menerobos kerumunan siswa-siswi lainnya. Diliputi dengan aura dingin seperti awal-awal ia masuk sekolah membuat beberapa orang yang menyadarinya pun memberi jalan untuk mereka.

Wajah datar dengan rahang yang mengeras, tatapan sinis mendelik tajam setiap pasang mata yang menatap ke arahnya. Aura aneh yang beberapa hari ini lenyap seketika menguak kembali karena dipancing oleh orang aneh tersebut. Zefa adalah sumber kehangatannya beberapa hari terakhir, dan menyakitinya sama arti dengan ingin melihat amukan cowok itu.


Danu menghentikan langkahnya tepat dihadapan seorang lelaki yang tengah bersender di bawah pohon. Masih seperti tadi pagi, memakai earphone namun tatapannya fokus pada buku ditangannya. Dia seakan tidak terusik dengan kehadiran Danu di sana, atau mungkin memang dia terlalu sibuk dengan kegiatannya. Sementara Gamma, Edo, dan Arion, hanya menyaksikan dari sudut lapangan. Enggan untuk ikut campur masalah yang sama sekali tak mereka pahami.

Tanpa basa-basi lagi, Danu menarik kasar kerah baju lelaki itu kemudian memukulnya tepat mengenai bagian rahangnya.

BUGH...

"Maksud Lo apa, hah?" Sentak Danu setelah bogem mentah dilayangkannya ke wajah tampan Bara yang sama sekali tidak terkejut akan tindakan anarkis tersebut.

Bara hanya tertawa remeh menanggapi pertanyaan Danu dan itu semakin menyulut emosi laki-laki tersebut. Dia semakin menguatkan cekalan pada kerah baju Bara.

"Jawab, BANGSAT!" Teriak Danu murka.

Saat Danu hendak melayangkan pukulan kembali, buru-buru Bara mencegahnya dengan menggenggam erat kepalan tangan Danu. Masih sempat-sempatnya Bara tersenyum mencibir dengan wajah tengilnya.

"Punya otak dipake, jangan cuma dijadiin hiasan," bisik Bara tepat ditelinga Danu membuat cowok itu mendelik tak terima. "Play the game fair!" Lanjutnya membuat Danu bergidik.

Lagi, Bara mengulas senyum tipis, kemudian menepuk singkat pundak Danu dan berlalu pergi sambil menyeringai. Danu diam, mencerna setiap kata-kata yang Bara lontarkan. Dia bahkan tidak menghentikan Bara sebab masih memikirkan apa maksudnya mengatakan hal barusan.


"Oh iya, lupa," ucap Bara berbalik menghadap ke Danu yang masih setia di tempatnya. "Thanks buat ini," dia menunjuk bekas pukulan Danu, jangan lupakan senyum seringainya tetap terpatri kemudian benar-benar pergi dari hadapan Danu.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang