kenal?

945 113 2
                                    

Katanya pergi, nyatanya kembali
Harus bagaimana? Senang kah?
Takdirmu begitu lucu
Otak sekecil ini mendadak kaku
bahkan untuk berpikir pun ia ragu

_Arcanus_

_________

Bersandar di bawah pohon dengan kaki selonjoran diatas permukaan tanah yang ditumbuhi rerumputan, Zefa mengipas-ngipas wajahnya dengan telapak tangannya. Matahari yang terik begitu menyengat. Kulitnya yang putih berubah kemerahan karena terlalu lama berada dibawah teriknya.

Dia penat sehabis berlari keliling lapangan karena mendapat hukuman dari Bu Lia. Tadinya memang ia hanya dihukum berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran Bu Lia berakhir. Namun, tingkahnya yang keterlaluan membuat Bu Lia seketika berubah pikiran.

Bisa-bisanya Zefa memasang wajah lucu dan terkesan dibuat-buat, sehingga membuat seisi kelas tergelak melihatnya. Liciknya, ketika Bu Lia menolehkan wajahnya, Zefa kembali memasang ekspresi yang biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apapun saat itu. Tak sampai disitu, Zefa juga sempat bermain lempar kertas bersama Edo dan Arion.

Hingga pada akhirnya, karena sudah curiga sedari tadi, Bu Lia pun tiba-tiba membalikkan badannya. Tepat saat Zefa sedang memberikan serangan kepadanya Edo dan Arion dengan bukti gumpalan kertas-kertas kecil ditangannya. Gerakan gadis itu langsung terhenti saat melihat delikan tajam dari Bu Lia.

Kesal dengan tingkah muridnya itu, Bu Lia pun lantas memberikan Zefa hukuman berkeliling lapangan outdoor yang luas. Bukannya menolak ataupun memohon ampun, Zefa justru kegirangan menerimanya. Dan dengan senang hati gadis itu melaksanakan hukuman tersebut. Tolong jangan dicontoh perbuatan tidak baik seperti ini.

Danu menghampiri Zefa yang tengah beristirahat tersebut. Dia berjongkok memencet hidung Zefa membuat si empunya melotot karena tak bisa bernafas. Zefa segera bangkit dari posisi rebahannya dan langsung menepis tangan Danu yang masih bertengger dihidung minimalisnya.

"Kalo mau ngebunuh gue gak gini caranya," kesal Zefa dengan wajah kusut.

Danu hanya tersenyum tipis, lalu mengacak puncak kepala Zefa kemudian mengambil tempat duduk disampingnya. Jam istirahat baru saja berbunyi dan Danu dengan tidak sabaran mencari keberadaan Zefa. Rupanya gadis itu tengah beristirahat sambil rebahan. Alih-alih memilih tempat yang nyaman, Zefa malah tiduran di sembarang tempat tanpa khawatir seragamnya akan kotor.

"Gak bawain minum?" Cibir Zefa melihat Danu datang dengan tangan kosong.

"Haus?" Danu menyelidik dengan berpura-pura tidak tahu.

"Ih nyebelin. Orang habis lari ya pasti haruslah. Panas tahu! Nhgak peka an banget sih jadi cowok," ambek Zefa membuang muka cemberut.

Danu menatapnya kaget. "Dih, siapa yang ngajarin ngomongnya?" Cowok itu terkekeh, tak biasanya Zefa bersikap manja seperti ini.

"Danu," rengek Zefa merasa malu sendiri. Dia juga baru menyadari ucapan spontanitasnya tadi. Danu benar, itu seperti bukan dirinya saja.

"Sorry deh. Gini aja, gue traktir minum di kantin, mau nggak?" Bujuk Danu.

Penawaran yang menggiurkan, tentu saja Zefa tidak akan menolaknya. Gadis itu mengangguk setuju. Baru saja mau berdiri, tiba-tiba seseorang datang dan ikut bergabung bersama mereka.

"Zef,"

Tak hanya Zefa, bahkan Danu juga ikut mengalihkan pandangannya. Mereka mendongak dan mendapati seseorang tengah mengulurkan tangan dengan sebotol air mineral ke arah Zefa.

"Nindi," wajah Zefa terlihat berbinar. "Sini, duduk bareng kita," ujar Zefa menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

Nindi mengangguk singkat, ia kemudian menempatkan bokongnya disamping Zefa. Keduanya terlihat seperti sangat akrab dan Danu cukup tak percaya akan hal tersebut. Sebelumnya, Zefa tidak pernah bercerita kalau dia memiliki teman yang bernama Nindira Aligienci. Padahal namanya sama dengan sahabat kecil yang pernah Danu ceritakan pada Zefa. Apakah gadis itu lupa?

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang