Apa yang lebih indah dari mimpi?
Sebuah kenangan?
Benarkah indah atau hanya menyiksa?
Teruntuk aku,
Aku benci mengingat masa lalu
Kelam, suram, seram
Bagaimana dengan mu?_Arcanus_
_____
"Langsung masuk. Abang mau ngomong sama kak Bara sebentar," Zefa dan Bara menoleh serempak mendengar suara Algio yang entah sejak kapan berada di belakang mereka.
"Hitler, ngagetin aja." Zefa nampak terkejut melihat abangnya itu. "Mau ngomong apa? Aku mau denger juga," lanjutnya menampilkan raut penasaran yang menggemaskan.
Senyumnya berganti manyun usai mendapat gelengan dari Algio. "Masuk, bukan urusan kamu," suruh nya dengan nada rendah.
Gadis itu mencebikkan bibirnya karena kesal. "Jadi gitu, udah main rahasia-rahasiaan. Ya udah, Zefa ngambek aja. Aku nggak mau ngomong sama Hitler lagi!" Ambeknya menjauhi Algio dan Bara sambil menghentakkan kakinya karena kesal.
Algio hanya bisa menghela napas singkat, sudah biasa dengan hal itu. Kini, pandangannya beralih pada Bara yang nampak tenang ditempatnya berdiri.
"Gue minta Lo berhenti," ucap Algio berusaha sesabar mungkin.
Bara menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya ia mengerti maksud pembicaraan Algio, namun ia malah sengaja memasang wajah bingung.
"Gak usah sok polos. Gue tahu Lo nggak bodoh," damprat Algio mulai jengah dengan sikap manipulatif itu.
Bara terkekeh, Algio memang mudah sekali terpancing emosi. "Sans bang, sensian banget kayak emak-emak kehilangan Tupperware aja," dia masih bisa bercanda.
"Gak ada yang lucu. Lo lihat udah berapa banyak korban jiwa yang berjatuhan?" Peringat Algio mencoba memberikan kesadaran kepada anak itu.
Bara menghela napas panjang. "Hadeh," ia berjalan ke arah teras dan mendudukkan dirinya di sana. "Sini bang, duduk dulu," ia menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.
"Bara!" Peringat Algio yang tak suka berbasa-basi.
"Bang, gue capek habis ngelayat. Duduk bentar napa," ujarnya duduk berselonjor kaki.
Mengalah, akhirnya Algio pun mengikuti Bara, mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Mau sampai kapan?" Lanjutnya lagi meminta penjelasan Bara.
"Sampai bosen lah," jawab Bara tanpa berpikir panjang.
"Lo gila hah?" Algio tak habis pikir dengan jalan pikiran Bara.
Bara memusatkan perhatiannya pada abangnya itu. "Gue gila, Lo juga gila. Semua orang di dunia ini juga gila. Nggak ada yang waras."
"Apa susahnya tinggal ungkapin. Demua orang nunggu penjelasan Lo sebelum mereka ambil tindakan lebih buat nyerang." Algio berucap serius.
"Semuanya butuh bukti bang. Nggak segampang itu," tuturnya tak setuju.
"Dan kuncinya cuma sama Lo, Bar. Mereka bakal percaya sama apa yang lo omongin. Selama ini juga kayak gitu. Mereka harus segera ngambil tindakan,"
Bara tertawa kecil. "Gak bang. Semua orang lebih percaya sama apa yang mereka lihat dari pada yang didengar. Jadi, gue pengen mereka lihat sendiri hasil dari kebodohannya."
Algio menggeleng tak setuju. "Mau berapa nyawa lagi? Belum puas Lo?"
Bara mengerling kearah Algio dengan senyum tipis. "Lo tau gue bang, nyawa seseorang gak berguna buat gue. Ngapain gue pusing, itukan juga jalan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcanus (Completed)
Mystery / ThrillerPart lengkap. WARNING !!! [Follow sebelum baca] 🏅Rank 1 #psychokiller 🏅Rank 3 #psycho-thriller 🏅Rank 1 #latin 🏅Rank 1 #riddles 🏅Rank 1 #Horor 🏅Rank 1 #kejutan 🏅Rank 2 #remaja 🏅Rank 5 #sadis 🏅Rank 8 #gore 🏅Rank 8 #pembunuhan ARCANUS, apa y...