Heboh

1.7K 203 12
                                        

Mari guncang dunia dengan kehebohan.
Semesta terlihat membosankan
tanpa variasi orang aneh kayak kita

____


"ZEFA!"

"ZEFA!"

"ZEFA!"

"EDO!"

"EDO!"

"EDO!"

Begitulah riuh sorak-sorai yang terdengar dari dalam kelas X IPA 3. Gaduh, teriakan heboh menyerukan nama dari masing-masing jagoan yang tengah bertanding memperebutkan tahta kehormatan cowok dan cewek. Diiringi bunyi tabuhan meja bak suara gendang menambah kericuhan seisi kelas.

Di sana terlihat Zefa sedang beradu gulat tangan alias panco, dengan lawannya si playboy cap gayung, Edo Astungkoro. Pagi-pagi buta kelas mereka sudah membuat keributan yang menggemparkan lorong sekitar kelas mereka. Semua siswa-siswi yang sudah tiba di sekolah mendadak menerobos kelas X IPA 3 saat adanya pengumuman perihal pertandingan adu panco antara Zefa dan Edo.

Entah kekuatan Zefa memang besar atau tenaga Edo yang lemah, sedari tadi masing-masing dari mereka mencoba mempertahankan kekokohan ototnya. Edo yang awalnya tersenyum remeh menanggapi Zefa yang menantangnya adu panco, kini dibuat melotot saat merasakan sendiri bagaimana tangan yang terlihat mungil itu mendorong tangannya dengan sekuat tenaga. Sungguh diluar dugaan, tenaga Zefa hampir sama dengan Edo.

Edo sendiri kewalahan menghadapi serangan Zefa yang semula melemaskan ototnya tiba-tiba menariknya kuat. Semacam taktik yang tidak pernah Edo pelajari selama ini, tapi ia tidak boleh menyerah bahkan mengalah, sebab di sini kehormatan diri sedang dipertaruhkan. Bisa jatuh image-nya kalau sampai kalah, apalagi lawannya hanyalah seorang cewek bertubuh minimalis seperti Zefa.

Zefa tersenyum lebar menatap mata Edo yang terlihat panik karena serangannya menarik ulur tenaga. Entah apa yang dipikirkan Zefa, tapu ia sangat menikmati wajah khawatir laki-laki itu.

"CICAK!" Zefa menjerit lantang hingga mengagetkan semua orang, tak terkecuali Edo.

Brakk...

"Yeayyyy! Gue menang, gue menang!" Sorak Zefa langsung berdiri usai menumbangkan tangan Edo. Dia menghadap ke arah penonton dengan wajah sumringah sambil mengangkat kedua tangannya mengepal ke udara. Melakukan semacam selebrasi.

Sontak semua orang bertepuk tangan kagum. Tak peduli dengan cara apa yang penting poinnya Zefa yang menang. Suasana semakin heboh saat beberapa siswa-siswi mulai mengejek kemampuan Edo.

"Curang! Gak! Ini gak sah! Gak adil, Lo curang," cerca Edo tak terima dengan kekalahannya, merasa dirinya dicurangi. Sebab tadi Zefa sengaja berteriak cicak. Edo yang kaget kemudian lengah dan Zefa memanfaatkan kesempatan itu.

"Udah kalah, ya terima aja," ujar Zefa santai dengan wajah songong.

"Ulang, pokoknya gue mau diulang!" protes Edo butuh keadilan.

Zefa menyilangkan tangannya di dada. "Lah udah deh, sadar diri aja. Kemampuan Lo itu gak ada apa-apanya dibanding gue," ejeknya penuh percaya diri. "Terima nasib aja." lanjut nya tersenyum tipis.

"Gak bisa gitu dong! Lo bohong tadi, Lo nipu, pake teriak cicak segala, kan gue kaget." Edo tetap bersikukuh menolak kekalahan.

"Yeee, gue gak nipu kali. Emang ada cicak kok," aku Zefa menguatkan argumennya.

"Di mana? Mana cicaknya? Itu cuma akal-akalan lu doang kan? Dasar curang!" cerca Edo.

"Beneran ada kok, tuh di dinding," tunjuk Zefa pada sudut dinding.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang