Absurd

1.5K 184 4
                                    

Aku yang aneh dengan tingkah ku,
absurd dikelakuan ku,
ngeselin karena caraku.
Aku khawatir jika kelak tiada,
sanggup kah kau bertahan tanpa hadirku?

___

Zefa berlari kencang melewati koridor sekolah yang memang sudah sepi karena seluruh murid telah berada di kelasnya masing-masing setelah bel pelajaran berbunyi beberapa menit yang lalu. Berbeda dengan dirinya sekarang, yang masih berkeliaran di jam pelajaran seperti ini. Tidak peduli harus diamuk guru nantinya, yang penting sekarang dia masuk kelas daripada bertemu dengan Algio.

Lagi-lagi niatnya membolos harus diurungkan karena sesuatu yang menyeramkan lebih dari omelan guru BK. Ia tahu betul keadaan nya saat ini, masuk kelas ataupun tidak, nasibnya akan sama saja. Tak semudah itu lolos dari sang ketua OSIS yang garang, terlebih itu adalah abangnya sendiri. Saat ini Zefa hanya bisa berdo'a semoga keberuntungan tetap berpihak padanya.

Brakk..

Pintu terbuka dengan keras dari luar. Tak memperdulikan tatapan teman-temannya yang keheranan, Zefa langsung duduk berselonjor di lantai lorong mejanya dengan sangat tidak etis. Ditambah penampilan dirinya yang jauh dari kata rapih, sangat urakan dan amburadul. Beruntung guru yang mengajar di kelasnya belum datang jadi dia bisa terbebas dari hukuman karena keterlambatannya.

"Lo kenapa?" Gamma bertanya mewakili rasa penasaran seluruh murid di kelas, melihat penampilan Zefa yang kacau seperti ini.

"Hah?" Tanya Zefa tak begitu mendengar, sebab napasnya saja masih ngos-ngosan sambil tangannya mengipas-ngipas karena kepanasan.

"OHH, DEMI NEPTUNUS! rezeki anak Sholeha," seru Zefa heboh sendiri. Wajahnya seakan baru menemukan sebuah harta Karun yang sangat berharga. Tangannya tanpa permisi lantas meraih sesuatu yang terletak di atas meja.

Gluk.... Gluk.... Gluk...

"HYAKKKK... MINUMAN GUE!" Dengan berteriak lantang,  Arion yang baru nongol dari pintu terlihat melotot kesal karena Zefa menenggak habis es teh yang tadi dibelinya.

"Astaga minuman gue!" Kembali, Arion mendramatisir, meratapi minuman yang sedikit pun belum ia cicipi sudah lenyap ditelan mulut tak tahu malu itu. Sementara Zefa, Ia kembali duduk di lantai, kali ini dengan posisi bersandar dekat tembok. Lihatlah, dia bertingkah seolah tidak ada yang terjadi disekitarnya.

"Makasih ya,"  ujarnya dengan nada lelah. Arion mengangguk dengan lemah. Tak terima tapi percuma juga, toh es tehnya sudah habis tak bersisa.

"Lo habis dikejar setan apa gimana?" Tanya Edo yang masih penasaran melihat kondisi teman sekelasnya itu.

Zefa mengangguk mantap. "Setan ganteng," celetuknya dengan tanpa dosa mengatai abangnya sendiri.

"Kek gimana setannya, gantengan mana sama Edo?" Tanya Arion heboh sendiri. Dia bahkan lupa dengan persoalan es tehnya tadi.

"Njir, Lo samain gue sama setan? Ya jelas gantengan gue lah," ucap Edo dengan pedenya.

"Dasar kembaran genduruwo!" sarkas Gamma.

"Wah, lu ya! Ngajak berantem? Hayuk, sini maju serang Arion, " tantang Edo kemudian mendorong tubuh Arion. Menjadikan laki-laki itu sebagai tamengnya.

"Danu mana?" Tanya Zefa memotong perdebatan teman-temannya yang unfaedah itu.

"Cieee, yang baru jadian. Baru ngilang dikit aja udah dicariin." bukannya menjawab, Edo justru menjahili Zefa.

"Siapa yang jadian?" Arion penasaran.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang