eh

1K 127 4
                                    

Satu kata aja:

Be yourself :)

_______________________________


Sambil menguap, Zefa menuruni tangga. Tangannya tak berhenti mengucek mata sambil sesekali menggeliat. Wajahnya masih sangat mengantuk tapi dia harus segera pergi ke sekolah sebelum terlambat. Hari ini entah kenapa rasanya malas sekali untuk sekedar bangun pun. Jika boleh, dia hanya ingin bermalas-malasan di dalam kamarnya seharian penuh tanpa perlu melakukan aktivitas melelahkan, seperti sekolah. Andai saja bisa.

Tapi, sayangnya itu tidak akan mungkin terlaksana. Zefa tidak lupa bagaimana kerasnya kehidupan ini. Orang tuanya, abang, bahkan saudaranya terlalu tegas kalau urusan belajar. Gadis itu memang lain daripada yang lain. Dia pemalas.

"Ya ampun sayang, baru bangun jam segini?" kaget Mia melihat putrinya baru turun sekarang, padahal jam sudah hampir menunjukkan pukul 8.

"Abang mana ma?" Tanyanya seraya menguap.

"Abang udah pergi dari tadi," tutur Mia.

Zefa langsung melotot mendengarnya. "Abang ninggalin Zefa?" Kagetnya tak percaya.

"Salah kamu, susah banget dibangunin. Abang kan hari ini ada piket di sekolah, makanya dia nggak bisa nungguin kamu." ucap Mia geleng-geleng kepala tak habis pikir. Zefa selalu saja seperti itu. Giliran dibangunkan susah banget, kalo udah ditinggal malah ngambek.

Gadis itu menghembuskan napas pasrah. Mau bagaimana lagi, abangnya pun sudah tidak disini. "Ya udah, Zefa bareng papa aja," putusnya kemudian.

"Papa udah pergi dari jam 6 tadi," ujar Mia sambil membereskan peralatan makan yang tersisa.

Zefa tercengang tak percaya. "Yah... Terus Zefa berangkatnya gimana dong?" nadanya melemah tanda putus asa.

"Mama pesenin ojol aja, mau?" Tawar Mia, namun malah dibalas gelengan. "Terus kamu mau bagaimana? Mama kan nggak bisa bawa mobil untuk nganterin kamu." Lanjut Mia kebingungan.

"Zefa minta tolong Danu aja," ucapnya dengan semangat. Mia hanya menyetujui jika itu yang Zefa mau. Apalagi melihat antusias gadis itu yang dengan percaya diri mengharapkan pertolongan sahabatnya. Lagipula biasanya kan, Danu selalu mau kalo dimintai tolong oleh Zefa.

"Halo"

"Dan, bisa jemput gue gak?"

"Sorry Zef, ini gue lagi siap-siap berangkat bareng Nindi,"

"Oh.." wajah gadis itu yang semula penuh semangat mendadak muram, ketika lagi-lagi Danu memilih bersama Nindi.

"Gu_"

Tutt

Sambungan diputuskan sepihak oleh Zefa. Ia benar-benar bingung sekarang mau bagaimana. Tak mungkin kalau jalan kaki, bisa telat dia tiba di sekolah. Jalan satu-satunya adalah naik angkot atau mungkin menyetujui usul sang mama untuk dipesankan ojol atau taxi.

"Zefa gak usah sekolah aja yah ma," ucapnya menatap mata Mia dengan menampilkan puppy eyes, memelas bak anak kucing kelaparan, sesekali juga mengedip lucu. Berharap dengan begitu mamanya akan mengizinkan dia membolos.

"Sekolah sayang," ujar Mia menekan setiap kata, membuat Zefa mendengus mendengarnya. Rupanya rayuannya tidak berhasil. "Tunggu di sini, biar mama pesenin ojol." titah Mia kemudian pergi mengambil ponselnya di kamar.

"Gak usah, Zefa berangkat yah. Bye, bye?" Gadis itu seketika berlari meninggalkan Mia. Wanita paruh baya itu hanya bisa terpaku menyaksikan tingkah putrinya tersebut.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang