Kartu kuning

868 117 0
                                    

Malam, tolong sampaikan kepada rembulan
Sinarnya sangat indah
Tapi kenapa datangnya hanya sekejap?
Malam, tolong minta bintang untuk tetap tinggal
Mereka sangat ramai di angkasa
Tak bisakah kirim satu untuk menemaniku?

Aku kesepian, malam
Duniaku terlalu kejam
Ku ingin bersahabat dengan mu
Namun, rupanya kau sama seperti temanku
Selalu pergi saat aku sangat membutuhkanmu
Malam :(

_Arcanus_

_____

Ketukan sepatu menggema di ruangan yang lumayan luas tersebut. Beberapa siswa nampak tertib melangkah masuk menuju ke ruang aula, namun ada juga beberapa yang terlibat senggol-menyenggol dan saling dorong jahil hingga cukup membuat keadaan gaduh. Ditambah adu mulut kecil juga ada yang masih sempat-sempatnya menggosip sepanjang jalan.

Seluruh siswa dan dewan guru beserta staff nya kini sedang berkumpul di ruang aula. Mereka akan membahas mengenai masalah yang akhir-akhir ini terjadi dan belum ada satupun yang tuntas. Kebanyakan kabar simpang siur mengakibatkan citra sekolah mereka pun tercoreng. Bukan hanya almamater, namun nama pemilik yayasan pun ikut buruk karenanya.

Setelah memastikan semua murid telah berkumpul di aula, Danu pun membawa tubuhnya ke sana dengan Zefa yang sengaja dia ajak bersamanya.
Danu berhenti melangkah kala seseorang menarik Zefa dalam genggamannya saat hendak menuju ke dalam. Ternyata Algio.

"Ikut Abang sebentar," Ucap Algio menginterupsi.

Danu tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan kakak beradik itu. Dia membiarkan Zefa pergi untuk kemudian dirinya langsung berbalik dan segera melanjutkan langkahnya. Danu menaikkan sebelah alisnya ketika melihat sahabatnya, Gamma tengah berdiri di depan pintu aula sambil bersidekap dada.

"Alih profesi jadi satpam dadakan Lo sekarang?" Ia tertawa renyah melihat raut masam diwajah Gamma.

"Lama banget kek siput," sarkas Gamma kesal karena ia sudah lama berdiri di sana sembari menunggu kedatangan Danu dan Arion yang tak juga muncul dari tadi.

"Kok Lo sendirian?" Tanya Danu baru menyadari kalau si bocil tidak kelihatan.

"Lo kira tujuan gue nunggu Lo apa?" Ngegas, bukannya menjawab Gamma malah balik bertanya dengan nada tak santai. Tentu saja Danu dibuat kebingungan mendengarnya.

"Kalo ada dia, gue juga ogah nungguin Lo." Lanjutnya disambut kekehan garing dari Danu.

Ia paham betul dengan sifat Gamma. Sahabatnya itu tipikal orang yang tidak mau berjalan sendiri. Kemana pun harus ada yang menemani, entah itu Danu, Edo dulu, ataupun Arion. Jika sahabatnya tidak ada maka ia lebih memilih untuk tidak kemana-mana. Dia tidak suka menunggu kecuali memang harus atau tidak ada cara lain lagi selain menunggu. Keluar rumah pun ia malas kalau tidak ada teman. Tipikal anak rumahan yang harus dijemput dulu baru mau cabut.

Keduanya langsung memasuki aula yang sudah dipadati oleh para siswa dan guru di depan. Mereka kebagian duduk di dekat pintu. Karena sesuai dengan tugas mereka yang merupakan anggota keamanan, jadi mereka yang berjaga,-jaga di sana.

"Arion kemana?" Tanya Danu, matanya terus menoleh ke arah pintu masuk.

"Toilet. Dari tadi nggak balik-balik. Entah segede apa eek yang dikeluarin." Danu mencoba menahan tawanya mendengar ocehan Gamma yang khas. Hampir dia ngakak, mengingat keadaan sekarang sedang ramai jadi ia harus bisa mengendalikan diri.

Seketika senyap saat mikrofon mulai diaktifkan. Ibu Dewi, yakni kepala sekolah mengambil alih podium. Semua nampak tenang mendengarkan. Danu masih sibuk menunggu Zefa dan Algio yang tak kunjung datang bergabung, juga Arion yang belum kelihatan batang hidungnya.

Arcanus (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang