"Rhys berhentilah atau ambil cuti, kau itu sedang hamil" Rhys memutar matanya malas
"Aku dikejar dealine, Tim"
"Ini untuk kebaikanmu sendiri dan anak kita" Timothy mengurut bahu Rhys pelan, ia menyentuh tangan Timothy
"Setelah ini aku janji, hmm?" Timothy mengecup pucuk kepalanya pelan
"Aku tidur, cepatlah menyusul" hanya diangguki oleh Rhys.
Timothy terbangun ia melihat Rhys masih tidur ia mencium pipinya ia bersiap hendak kekantor ada beberap kasus yang harus ia tangani."Kau pagi pagi sudah datang" Timothy menoleh
"Ya ada beberapa kasus beku yang diaktifkan lagi beberapa hari kedepan kita akan sibuk"
"Bagaimana suamimu itu, masih keras kepala" Timothy duduk dan membenarkan ucapan temannya
"Aku mengkhawatirkan keadaannya apalagi itu sudah cukup besar"
"Kurasa Rhys akan baik baik saja kawan, kau mengkhawatirkannya berlebihan"
"Aku juga tahu hanya aku tidak mau ia sakit".Rhys menunggu Timothy pulang dan nomornya juga tidak bisa dihubungi beberapa kali nomornya tidak aktif, Rhys cemas ini bukan Timothy yang ia kenal. Hingga sudah lewat tengah malam Rhys menutup laptopnya dan bangkit tubuhnya terasa berat ya tinggal menunggu hari saja, hingga ia mendengar pintu pelan dibuka ia bangkit lagi berjalan keruang tamu
"Tim kau....."
"Eh siapa kau?"
Mulutnya langsung di bekap berontak tidak itu akan menyakiti anaknya jadi ia ikut saja apa yang diminta oleh orang asing Rhys bukan orang panikan dan lemah jika tidak hamil sudah ia buat babak belur Rhys itu sedikit banyak tahu bela diri.Timothy lelah ia pulang hampir pagi ia yakin ia akan disemprot habis habisan oleh Rhys namun perasaannya tidak enak ada sesuatu yang tidak beres Timothy memacu mobilnya agar cepat sampai dirumah.
Timothy melihat pintu terbuka lebar ia menarik senjatanya dan waspada.
"Rhys kau dimana?"
Senyap hingga ia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi dapur ia berlari kesana dan membukanya matanya menangkap sosok Rhys yang terikat kaki dan tangannya dengan mulut tertutup lakban.
Timothy gelisah pikirannya tidak tenang khawatir dengan keadaan Rhys dan calon anak mereka, Timothy terduduk dibangku tidak banyak orang dilorong rumah sakit.Rhys bercerita panjang lebar mengenai apa yang terjadi kepada Timothy dan menggenggam tangan Rhys.
"Kau melakukan hal yang benar, Rhys"
"Apa kalian masih belum menemukannya"
"Sedang kami usahakan, jangan kau pikirkan lagi kau tidak boleh tertekan Rhys"
"Tim aku khawatir dia akan kemari, ia mencarimu dan menjadikanku sebagai penyampai pesan"
"Aku tahu pelakunya ia punya dendam pribadi kepadaku"
"Aku harap kau baik baik saja Tim, aku juga khawatir kau terluka Tim"
"Ssshhh kau tenag saja aku akan baik baik saja" Tim mencium bibir Rhys lembut, ia menempatkan beberapa penjaga didepan pintu kamar Rhys.Seseorang berbisik ditelinga Timothy ia mengangguk dan memandang Rhys yang tertidur lelap setelah semalaman tidak tidur pelan pelan ia melepaskan genggamannya dan mencium dahi Rhys lembut dan pergi.
Tidak ada yang berani bicara melihat Timothy aura pembunuhnya keluar ia murka ia menyiapkan senjata dan membawa beberapa orang bersamanya.
"Aku mau Tim" rengek Rhys disela rasa sakitnya ia akan melahirkan dan jadwal operasinya sudah di jadwalkan
"Aku mau ada Tim saat melahirkan"
"Rhys, Tim tidak bisa dihubungi" sahut dokter
"Tim, kau dimana?" Ucapnya lagi.Timothy menarik nafas panjang pelaku penyanderaan Rhys tewas ditangannya ia menarik nafas panjang, ia mengambil ponselnya ternyata mati ia lupa mencharge nya tadi.
Seseorang berlari tergopoh gopoh membuat Timothy heran
"Ya ampun kau ini tidak bisa dihubungi justru aku yang ditelpon"
"Wow wow tenang tarik nafas panjang" temannya menarik nafas panjang"
"Ada apa?"
"Rhys akan melahirkan ia mencarimu setengah jam lagi ia akan operasi" Timothy segera berlari ke mobil dan menyetir seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mpreg Random 2 (End)
General Fictionini season kedua, enjoy and homophobic get lost.