Mpreg Random 2 (End)

Lee - Louis

Louis memandang pria dihadapannya terpaku meskipun ini bukan pertama kalinya bertemu tapi kedua kalinya, pria besar itu tersenyum tipis dan masuk kedalam rumahnya ia mengenal kedua orang tua Louis ia ingin tahu ada urusan apa orang tuanya dengan pria besar itu namun ia harus kuliah hingga bergegas pergi.
"Louis ayah dan ibu mau bicara" kedua orang tuanya masuk dan duduk disofa menghadapnya.
"Begini nak kuliahmu akan segera selesai bukan?"
Louis mengangguk angguk mendengar ucapan ayahnya
"Setelah kuliah, ayah dan ibu memutuskan kau akan segera menikah dan kau sudah di lamar Louis"
Louis terkejut matanya membulat besar
"Apa? Ayah aku ingin"
"Kau tidak bisa membantah" Louis bangkit ia marah dan pergi keluar rumah panggilan orang tuanya ia abaikan, ia tidak tahu harus kemana jadi ia hanya berjalan dibawah hujan berteduh pun terlanjur dirinya sudah basah.

Sebuah mobil mewah berhenti disampingnya membuatnya langkah nya berhenti ia mendongak ke dalam itu pria besar yang datang kerumahnya
"Masuklah, Louis" Ia masuk kedalam ragu ragu

"Ya aku tahu kebesaran tapi aku tidak punya pakaian untuk ukuranmu Louis"
"Tidak apa, ini saja aku sudah berterima kasih....apa boleh aku menginap disini, satu malam saja?"
"Tentu Louis, panggil aku Lee" Louis tersenyum tipis dan matanya memandang punggung Lee yang keluar dari kamar.
Louis terbangun tengah malam dan ia kaget ada Lee tertidur disofa seluruh tubuhnya terasa sakit saat bergerak, kepalanya terasa berat hingga ia memutuskan kembali tidur namun sulit.

"Aku menghubungi orang tuamu mereka sangat khawatir dan merasa lega setelah mengatakan kau bersamaku, mereka sudah menceritakan semuanya Louis. Benar kau tidak mau menikah?" Louis mengangguk pelan
"Aku ingin bekerja dulu baru menikah dan aku tidak mengerti gadis mana yang melamar laki laki" Lee tertawa membuat Louis merasa heran
"Ia bukan seorang gadis Louis tapi kaulah gadisnya" Louis mendelik mendengar ucapan Lee bibirnya di majukan duduk membelakangi Louis.
"Kau seperti anak anak lucu sekali, oh iya semalam kau mengigau rupanya kau demam" Louis menoleh
"Benarkah, pantas saja seluruh tubuh dan kepalaku sakit aku jarang sakit" Lee mengusak rambut Louis
"Pakaianmu sudah bersih dan rapi mandilah dengan air hangat, kau masih hangat aku akan mengantarmu pulang setelah sarapan kau jangan kuliah dulu" Louis mengambil pakaiannya dari Lee dan pergi kekamar mandi.

"Aku tidak mengerti jadi Lee adalah...." ibunya mengangguk pelan
"Tapi Lee tidak mengatakan apapun"
"Bagaimana jika kau marah dan pergi lagi" Louis terdiam sekarang ia bimbang pantas saja Lee mengatakan hal absurb dialah gadisnya jadi Lee melamarnya
"Louis?" Ia menoleh memandang ibunya
"Bu aku tidak tahu, aku tidak bisa menjawab sekarang aku butuh waktu lebih"
"Tentu sayang, kau harus tetap fokus kuliah sekarang hmm?" Louis mengangguk pelan, ibunya bangkit pergi keluar.

Louis seperti berharap bertemu Lee hingga ia memutuskan menemui Lee ia tidak tahu kenapa, pintu terbuka pelan.

"Ini kejutan, kebetulan hari ini aku tidak berencana keluar masuklah Louis jangan bilang lari lagi dari rumah" Louis masuk dan menggeleng pelan
"Tidak, aku hanya ingin bicara denganmu"
"Duduklah Louis" Lee duduk dihadapan Louis disusul Louis
"Aku mau bertanya.....apa benar kau lah yang melamarku, kenapa?" Lee menarik nafas dalam
"Louis itu terjadi begitu saja dan ternyata ayahmu dan ibumu tidak masalah asal aku berjanji membahagiakan mu" Louis menunduk kenapa ia jadi gugup mendengar ucapan Lee
"Louis apa kau keberatan, aku bisa memutuskan jika kau keberatan dengan ini aku akan menunggumu" Louis memandang Lee

"Jangan Lee.....aku....tidak keberatan sungguh" mata Lee membulat mendengar ucapan Lee
"Kenapa kau berubah pikiran, apa yang terjadi Louis apa ada yang mendesakmu?" Louis lagi lagi menggeleng pelan.
"Kau yakin?" Louis mengangguk yakin
"Ya Lee aku bersedia menikah denganmu, aku ingin mengatakan nya langsung padamu sebelum mengatakan nya kepada orang tua ku" Lee tersenyum ia tidak tahu harus bagaimana mengekspresi kan kebahagaiannya bahkan setelah Louis pulang senyumnya tidak pudar sedikit pun ia terlalu bahagia.

End